Mereka juga mengunjungi perkebunan ubi jalar, salah satu bahan utama shochu.
Di sana, mereka bertemu dengan petani lokal untuk mempelajari budaya minum regional serta penggunaan wadah tradisional.
Selain memperoleh pengetahuan teknis, program ini juga mendorong interaksi antara peserta dengan produsen Jepang.
Beberapa peserta sebelumnya mengungkapkan apresiasi terhadap sake yang memiliki rasa umami yang seimbang dan keasaman rendah, sehingga sangat fleksibel untuk dipadukan dengan makanan.
Sementara itu, shochu mendapat pujian dari para bartender karena memiliki banyak aplikasi dalam koktail serta diproduksi secara alami tanpa bahan tambahan, cocok untuk mixologi modern.
Setelah mengikuti tur ini, peserta secara aktif menerapkan wawasan yang mereka dapatkan dalam industri masing-masing.
Langkah ini mencakup memasukkan sake dan shochu ke dalam menu restoran dan bar serta mengadakan pelatihan staf.
Selain itu, minuman beralkohol tradisional Jepang ini juga diintegrasikan ke dalam program edukasi sommelier dan lokakarya koktail di berbagai negara.
Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan JSS dalam meningkatkan pemahaman global terhadap minuman beralkohol tradisional Jepang.
Dengan melibatkan langsung para pemimpin industri internasional, asosiasi ini berharap dapat memperluas pasar sekaligus memastikan apresiasi terhadap sake dan shochu di panggung global.
View this post on Instagram