Program ini penting mengingat Jepang menghadapi masalah gizi yang kontradiktif, yaitu obesitas dan berat badan rendah.
Selain itu, program ini mengatasi kebiasaan makan tidak sehat yang dimulai sejak usia dini.
Shokuiku diharapkan dapat mengembalikan tradisi makan sehat Jepang yang mulai tergerus oleh budaya restoran cepat saji.
Beberapa makan sehat Jepang seperti nasi, ikan, daging, sayur, dan teh hijau.
Selain dalam konteks gizi seimbang, shokuiku dijalankan untuk mengurangi kebiasaan makan sendirian, yang semakin umum akibat perubahan sosial.
Fokus Pemerintah Jepang terhadap shokuiku juga untuk menekan angka keracunan makanan dengan cara membiasakan publik mengonsumsi makanan higienis.
Praktik pola makan sehat shokuiku dimulai sejak tingkat sekolah dasar.
Melansir berita Kompas.com, penerapan shokuiku salah satunya dilakukan di St. Dominic’s Institute.
Menjelang waktu makan siang; juru masak di dapur sekolah menyiapkan panci berisi campuran daging, wortel, kentang, dan bombai yang disiram dengan kuah cokelat kental.