Sementara itu, Aya, seorang Muslim yang sedang menjalani tahun ke-7 di Jepang, menghadapi tantangan berbeda.
Tidak ada kebijakan khusus bagi Muslim yang berpuasa, termasuk tidak adanya musala di tempat kerjanya di Namegata, Prefektur Ibaraki.
Namun, perusahaan memberikan fleksibilitas agar ia bisa menjalankan shalat dengan nyaman.
"Aku bisa shalat Zuhur saat istirahat makan siang selama satu jam. Selain itu, ada istirahat 10 menit sekitar jam tiga sore, ditambah 5 menit ekstra khusus untuk shalat Ashar," jelasnya.
Aya menggunakan ruang meeting yang bersih sebagai tempat shalat.
Baca juga:
Menjalani puasa di lingkungan kerja Jepang memberikan pengalaman tersendiri bagi Eka dan Aya.
Di tempat Eka bekerja, rekan-rekannya menunjukkan rasa hormat dan bahkan terkadang berbagi informasi yang mereka ketahui tentang Islam.
Ia merasa beruntung bekerja di lingkungan suportif, rekan kerja menghormati keyakinannya dan menciptakan suasana kerja yang nyaman.
Sementara itu, Aya sering mendapat pertanyaan dari rekan-rekannya yang tidak familiar dengan Ramadhan.