Salah satunya adalah konsep ‘Tatemae,’ yaitu kebiasaan orang Jepang untuk selalu menjaga harmoni dalam komunikasi mereka.
Atasan dan rekan kerja selalu tersenyum meskipun Widy melakukan kesalahan, sesuatu yang membuatnya awalnya merasa bingung dan cemas.
“Aku takut banget pas pertama kali bikin kesalahan. Aku kira aku bakal dimarahi. Tapi atasan dan rekan-rekan kerja malah tetap tersenyum. Aku jadi berpikir, ‘Apa mereka nggak marah? Apa aku nggak dianggap serius?’” ujarnya.
Seiring waktu, Widy mulai memahami bahwa itu adalah cara orang Jepang menjaga hubungan kerja tetap harmonis.
Namun, di balik senyuman itu, ada harapan agar setiap orang bisa belajar dari kesalahan tanpa harus menciptakan ketegangan di tempat kerja.
Baca juga:
Kini, setelah empat tahun bekerja di Jepang, Widy melihat ke belakang dan menyadari betapa jauhnya ia telah melangkah.
Dari seseorang yang takut bicara dalam bahasa Jepang, kini ia bisa berkomunikasi dengan nyaman.
Dari seseorang yang merasa tertekan oleh budaya kerja baru, kini ia telah menemukan cara untuk beradaptasi dan berkembang.
“Dulu aku merasa hidup dan bekerja di Jepang itu susah banget. Setiap hari rasanya seperti ujian yang nggak ada habisnya. Tapi setelah melewati semuanya, aku sadar kalau aku jauh lebih kuat dari yang aku kira,” ungkapnya dengan senyum bangga.
Saat kami bertanya apakah ia punya pesan untuk orang-orang yang ingin bekerja di Jepang, Widy menjawab dengan penuh keyakinan.