Widy akhirnya memutuskan untuk mengambil kursus online dengan guru asli Jepang.
Dari sana, ia mulai memahami dasar-dasar bahasa dengan lebih terstruktur.
Namun, apa yang ia pelajari di kelas ternyata berbeda dengan praktek di tempat kerja.
“Bahasa yang kupelajari di kelas terdengar sangat sopan dan formal. Tapi di tempat kerja, aku harus memahami bahasa yang lebih praktis, lebih cepat, dan kadang penuh istilah khusus,” ungkapnya.
Widy pun mulai mencatat kata-kata yang sering muncul dalam pekerjaan sehari-hari di ponselnya.
Dari kata-kata sederhana seperti ‘Daijoubu’ (tidak apa-apa) hingga istilah teknis di tempat kerja, ia berusaha menghafal dan menerapkannya dalam percakapan sehari-hari.
Tanpa disadari, kini ia bisa berbicara lebih percaya diri, bahkan kadang menggunakan bahasa Jepang secara refleks saat berbicara dengan sesama orang Indonesia.
Selain bahasa, budaya Jepang juga memberi banyak kejutan bagi Widy. Ada hal yang membuatnya terkesima, tetapi ada pula yang membutuhkan waktu untuk menerimanya.
“Hal yang paling bikin aku kaget adalah betapa tertibnya orang Jepang saat mengantre. Di supermarket, stasiun, atau konbini. Semuanya mengantre dengan sabar. Bahkan pria tua pun rela menunggu tanpa protes,” katanya dengan kagum.
Namun, ada juga budaya kerja yang awalnya sulit dipahami.