Selama Perang Dunia II, Kota Kobe mengalami kerusakan parah akibat pengeboman.
Namun, masjid ini berhasil bertahan dari perang dan terus berfungsi sebagai tempat ibadah bagi komunitas Muslim.
Terletak hanya lima menit dari Stasiun Yoyogi-Uehara di Distrik Shibuya, Tokyo, masjid bergaya arsitektur Ottoman-Turki berdiri dengan nama Tokyo Camii.
Masjid itu dibangun di atas lahan seluas 734 meter persegi dengan total luas bangunan 1.693 meter persegi, menjadikannya masjid terbesar di Jepang.
Tokyo Camii dibangun pada 1938 oleh orang-orang Tatar dari Kazan, Rusia dan sempat dibangun kembali pada 2000 karena faktor kerentanan usia.
Sejak saat itu, Tokyo Camii berfungsi sebagai jembatan antara tradisi hingga masa depan bagi umat beragama di Jepang.
Pada 1936, sekelompok Muslim membangun sebuah masjid kayu dua lantai di daerah yang kini menjadi Chikusa-ku, Nagoya.
Namun, masjid tersebut terbakar saat Perang Dunia II. Sejak itu, Nagoya tidak memiliki masjid selama sekitar 50 tahun.
Merasa perlu akan tempat ibadah, para relawan menyewa sebuah kamar di sebuah apartemen untuk memungkinkan shalat Jumat secara berjamaah.