Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Halal

Kisah Puasa di Jepang, Kajian dalam Bahasa Jepang dan Buka Bareng Diaspora Indonesia

Kompas.com - 05/03/2025, 14:56 WIB

Meskipun jauh dari Indonesia, diaspora yang menempuh pendidikan di luar negeri, khususnya Jepang, mempunyai cara tersendiri untuk menikmati Ramadhan.

Pradipta Firmananda, mahasiswa S-1 College of Global Liberal Arts (GLA) di Ritsumeikan University, bercerita tentang pengalaman puasa tahun kedua di Negeri Sakura.

Ia mengaku tidak kesulitan saat menjalani puasa di Jepang dan sering menemukan cerita menarik selama Ramadhan.

Ia memilih berkumpul dengan komunitas Muslim sesama pendatang di Jepang, seperti dari Bangladesh dan Pakistan.

Di salah satu masjid di Osaka tepatnya, ia menemukan banyak komunitas untuk bertukar pikir dan mendengarkan kajian.

“Mungkin yang unik ya, ketika di masjid orang-orang dari berbagai negara berkumpul. Bahasa untuk komunikasi ke orang yang berbeda negara itu bukan bahasa Inggris atau Arab atau bahasa lain, tapi bahasa Jepang. Kajian atau khotbah pun juga pakai bahasa Jepang,” ungkap Dipta, nama sapaan akrabnya, kepada Ohayo Jepang pada Senin (3/3/2025).

Selain unik dari segi perbedaan pendatang, ia juga berkesempatan mencicipi masakan dari berbagai belahan dunia di masjid tempat ia berbuka. 

Dipta juga menceritakan, panjangnya waktu puasa di Jepang bisa ditentukan oleh musim saat Ramadhan.

Di negara empat musim itu, zona waktu akan terus berubah dan menentukan durasi puasa.

Pada 2025, ia menceritakan Ramadhan tiba pada musim dingin sehingga durasi puasa lebih singkat dibanding Ramadhan tahun lalu.

Hal itu yang memberikan pengalaman berbeda dari pengalaman puasa di Jepang saat tahun pertama, di mana sudah memasuki musim panas dan durasi puasanya lebih lama. 

Saat ini waktu matahari terbit dan terbenam di Jepang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Subuh sekitar pukul 05.01 dan Maghrib 17.56 waktu Jepang.

Kisah diaspora Muslim lain datang dari Rama, mahasiswa S-1 di Tokyo International University.

Ia merasakan puasa di Jepang jauh lebih unik dan seru. Tidak seperti di Indonesia dengan perayaan Ramadhan yang beragam rupa.

Sebagai mahasiswa yang sudah menjalani Ramadhan di Jepang selama tiga tahun, Rama menilai saat ini Jepang sudah semakin ramah dengan umat Muslim.

Ini terlihat dari terbukanya akses ke produk halal yang mudah ditemui dan keberadaan masjid yang mulai bertebaran di seluruh Jepang.

Ia juga merasakan bahwa Ramadhan menjadi lebih personal di Jepang karena menjadi minoritas di negeri orang.

Hal ini membuat Rama lebih menyukai untuk mencari tempat berbuka di kampus hingga bertemu dengan mahasiswa internasional.

Baca juga:

Suasana buka puasa bersama Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang di Masjid Indonesia Tokyo, Senin (3/3/2025).
Suasana buka puasa bersama Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang di Masjid Indonesia Tokyo, Senin (3/3/2025).

Aktivitas Ramadhan ia isi dengan aktif menjadi anggota di Masjid Indonesia Tokyo (MIT) melalui Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang.

Setiap hari, ia bersama rekan sesama diaspora Indonesia mengadakan sahur dan berbuka puasa bersama.

KMII Jepang secara rutin mengadakan berbagai acara selama Ramadhan. 

Di tahun ini, KMII mengadakan acara "Event Ramadhan Iftar" untuk memperkenalkan Ramadhan dan Islam di Jepang.

KMII adalah organisasi yang terbuka bagi semua masyarakat Muslim dan organisasi Islam Indonesia yang berada di Jepang.

Organisasi ini dimotori oleh masyarakat Islam Indonesia yang tinggal di Jepang. 

Fokus kegiatan KMII yaitu membangun kapasitas umat Muslim Indonesia di Jepang, mencakup kegiatan ibadah, sosial, lingkup profesional hingga ekonomi.

Rama juga menceritakan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang menyambut Ramadhan dengan penuh antusias.

KBRI mengadakan program ngabuburit hingga pesantren kilat yang diadakan setiap akhir pekan.

“Setiap weekend-nya ada kegiatan ngabuburit, mulai dari pesantren kilat GENQ-Generasi Qurani untuk anak-anak TK-SMA tiga bahasa (Bahasa Indonesia, English, Nihongo), dan dilanjutkan tablig akbar dengan pemateri ustaz yang didatangkan dari Indonesia,” ujar Rama saat dihubungi Ohayo Jepang, Senin (3/3/2025).

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.