Hal itu yang memberikan pengalaman berbeda dari pengalaman puasa di Jepang saat tahun pertama, di mana sudah memasuki musim panas dan durasi puasanya lebih lama.
Saat ini waktu matahari terbit dan terbenam di Jepang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Subuh sekitar pukul 05.01 dan Maghrib 17.56 waktu Jepang.
Kisah diaspora Muslim lain datang dari Rama, mahasiswa S-1 di Tokyo International University.
Ia merasakan puasa di Jepang jauh lebih unik dan seru. Tidak seperti di Indonesia dengan perayaan Ramadhan yang beragam rupa.
Sebagai mahasiswa yang sudah menjalani Ramadhan di Jepang selama tiga tahun, Rama menilai saat ini Jepang sudah semakin ramah dengan umat Muslim.
Ini terlihat dari terbukanya akses ke produk halal yang mudah ditemui dan keberadaan masjid yang mulai bertebaran di seluruh Jepang.
Ia juga merasakan bahwa Ramadhan menjadi lebih personal di Jepang karena menjadi minoritas di negeri orang.
Hal ini membuat Rama lebih menyukai untuk mencari tempat berbuka di kampus hingga bertemu dengan mahasiswa internasional.
Baca juga:
Aktivitas Ramadhan ia isi dengan aktif menjadi anggota di Masjid Indonesia Tokyo (MIT) melalui Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang.
Setiap hari, ia bersama rekan sesama diaspora Indonesia mengadakan sahur dan berbuka puasa bersama.