Selain itu, banyak toko serba ada di Jepang yang dilengkapi dengan mesin self-checkout, memungkinkan pelanggan menyelesaikan pembelian mereka dengan lebih cepat.
Namun, pengalaman saya di supermarket di Indonesia cukup berbeda. Meskipun kasir hanya melayani sedikit pelanggan, prosesnya memakan waktu lebih lama dari yang saya harapkan.
Salah satu penyebab keterlambatan ini adalah kebiasaan pelanggan Indonesia yang sering menambahkan barang secara mendadak.
Hal ini cukup umum terjadi, orang yang sedang mengantre tiba-tiba mendapat tambahan barang dari teman atau anggota keluarganya, sehingga memperlambat proses bagi pelanggan lain di belakangnya.
Pendekatan ini memang lebih fleksibel dan mengakomodasi kebutuhan pelanggan, tetapi juga membuat pelanggan lain harus mengantre lebih lama.
Mengalami kedua gaya layanan pelanggan ini memberi saya perspektif baru mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem.
Sistem di Jepang sangat efisien, memastikan bahwa pelanggan dapat menyelesaikan aktivitas mereka dengan cepat tanpa penundaan yang tidak perlu.
Sementara itu, pendekatan di Indonesia lebih mengutamakan fleksibilitas dan interaksi dengan pelanggan.
Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghargai kedua gaya layanan tersebut, dengan memahami bahwa masing-masing mencerminkan nilai budaya dari negara tempatnya berada.
Ulasan di atas disampaikan oleh Ai Rai yang menyukai drama, film, novel, dan komik dengan favoritnya adalah Detective Conan.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Februari 2025)
View this post on Instagram