“Kadang, meskipun jadwal kerja kami berbeda, kami masih sempat bertanya, ‘Kapan kamu berangkat? Ayo bareng!’ Setelah kerja, kami juga sering berbagi cerita dan biasanya saling memahami pengalaman masing-masing,” ujar Ifah sambil tersenyum kecil.
Kami juga bertanya apakah penghuni asrama pernah mengadakan acara atau perjalanan bersama.
“Sayangnya, tidak. Kami tidak terlalu bersemangat untuk merencanakan perjalanan atau acara sendiri. Kalau ada acara, biasanya itu diadakan oleh perusahaan. Hampir semua dari kami hadir, biasanya di tempat seperti lounge yang dimiliki atau disewa oleh perusahaan,” tambah Ifah.
Meskipun jarang, acara ini menjadi kesempatan bagi penghuni asrama untuk berkumpul dalam skala yang lebih besar dan memperkuat rasa kebersamaan.
Walaupun sulit untuk mengatur waktu untuk kegiatan bersama di luar karena perbedaan jam kerja, mereka tetap berusaha menciptakan momen kebersamaan di asrama.
Terkadang, mereka memasak dan makan bersama yang dapat mengisi perut, sekaligus mempererat hubungan.
Cara itu menghadirkan kehangatan di tengah kesibukan, dan membuat asrama terasa lebih seperti rumah.
Pekerja SSW di Jepang berasal dari berbagai negara, kami penasaran tentang interaksi Ifah dengan pekerja dari negara lain.
“Tentu, kami sering berinteraksi, terutama karena beberapa atasan kami berasal dari India atau Filipina. Untungnya, komunikasi tidak terlalu sulit karena kami semua menggunakan bahasa Jepang," ucap Ifah.
"Untuk staf sesama pekerja, kami saling mengenal, tetapi karena tidak bekerja dalam tim yang sama, kami jarang bertemu atau berbicara banyak. Tapi, saat bekerja, karena kami melakukan tugas yang mirip, kami merasa ada koneksi dan bisa saling memahami,” tambah Ifah.