Pendekatan ini menunjukkan bahwa perusahaan Jepang memahami pentingnya menyesuaikan diri dengan budaya pelanggan dari berbagai negara.
Namun, untuk pelanggan domestik, perhatian terhadap detail dan formalitas menjadi prioritas utama.
Baca juga:
Mendahulukan pelanggan juga tercermin dari cara kerja karyawan di perusahaan tempat Aya bekerja.
Sebagian besar operasional masih mengandalkan kertas, terutama bagi karyawan berusia 40 hingga 50 tahun.
Cara itu lebih efektif bagi karyawan tersebut sehingga dapat memahami catatan operasional, misalnya pesanan atau keluhan pelanggan.
Dari situ, mereka dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggan loyal tanpa bingung terhadap penyesuaian pencatatan digital.
"Tapi ini sih sekitar 2-3 tahun belakangan udah mulai beralih ke digital," pungkas Aya.
Budaya customer-centric di Jepang mencerminkan profesionalisme sekaligus dedikasi dalam memberikan pelayanan terbaik.
Komitmen ini menjadi pelajaran berharga, terutama bagi pekerja asing, tentang pentingnya empati dan perhatian terhadap kebutuhan pelanggan.
View this post on Instagram