Pernah ada pengalaman tentang salah satu karyawan di perusahaannya yang beberapa kali lembur karena memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Bosku sampai bilang itu udah habis jatah lemburnya. 'Ayok sana kamu ambil cuti' gitu. Soalnya ternyata teman kerjaku itu nggak pernah ambil cuti juga," kata Aya.
Bos Aya memang menerapkan efisiensi kerja selain dari memaksimalkan jam kerja, juga memanfaatkan cuti.
Hal itu juga menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Dengan kerja yang terstruktur, karyawan dapat memanfaatkan waktu di luar pekerjaan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga.
Kamu bisa membaca aturan lembur di Jepang pada tautan berikut.
Kedisiplinan di tempat kerja Jepang tidak hanya ditunjukkan dalam hal jam kerja, tetapi juga dalam etika kerja sehari-hari.
Tidak ada toleransi untuk perilaku yang mengganggu produktivitas, seperti menonton video atau mengobrol di luar konteks pekerjaan.
“Aku pernah melihat perbedaan besar saat pulang ke Indonesia. Beberapa teman di kantor Indonesia pernah cerita mereka bisa menonton video di jam kerja. Di Jepang, hal seperti ini tidak mungkin terjadi,” ungkap Aya sembari tertawa kecil.
Jam kerja dan kebijakan lembur di Jepang mencerminkan budaya efisiensi dan disiplin tinggi.
Mereka juga dianjurkan untuk pulang tepat waktu dan mengambil hak cuti biar work-life balance.
View this post on Instagram