“Di sini, HP biasanya ditinggal di loker selama jam kerja. Kalau ada telepon penting, misalnya anak sakit, sekolah akan langsung menghubungi perusahaan, bukan ke ponsel orang tua,” jelasnya.
Dengan tidak adanya distraksi, pekerja dapat fokus menyelesaikan tugas mereka tepat waktu.
Meski budaya kerja Jepang sangat disiplin, Aya yang seorang Muslim, tetap dapat menjalankan ibadahnya di kantor.
Perusahaan memberikan fleksibilitas bagi Aya untuk tetap bisa salat tanpa mengabaikan pekerjaan.
“Aku punya waktu istirahat selama satu jam pas jam 12 siang, biasanya aku manfaatkan untuk salat Zuhur. Selain itu, ada istirahat singkat 10 menit sekitar jam tiga sore. Aku diberi istirahat tambahan 5 menit khusus untuk salat Ashar,” papar Aya.
Tidak ada musala di perusahaan Aya, ia biasanya menjalankan salat di ruang meeting yang memang bersih.
Meskipun budaya kerja Jepang sangat ketat, ada ruang untuk fleksibilitas bagi karyawan asing yang memiliki kebutuhan khusus seperti beribadah.
Walau tentu, hal ini bisa juga berbeda sesuai kebijakan masing-masing perusahaan.
Menurut pengalaman Aya, lembur bukan sesuatu yang lumrah di perusahaannya. Semua pekerjaan memang sudah diselesaikan selama jam kerja.
Lembur di Jepang pun tidak sembarangan karena ada aturan tersendiri dari pemerintah. Perusahaan wajib memberi upah lembur sesuai dengan jam lembur karyawan itu.