“Aku sering merasa ideku kurang diterima, terutama saat bekerja sama dengan tim besar yang isinya kebanyakan orang Jepang dengan usia rata-rata 40 tahun,” cerita Aya yang memasuki tahun ke-7 di perusahaan Jepang.
Di Jepang, cara berbicara juga harus disesuaikan dengan siapa lawan bicara.
Saat berbicara dengan orang lebih tua atau lebih tinggi posisinya, pekerja harus menggunakan bahasa sopan dan formal, seperti keigo (bahasa sopan Jepang).
“Kalau ngomong sama tim besar, aku harus pakai bahasa yang lebih sopan. Nggak bisa pakai bahasa yang biasa aja,” jelasnya.
Namun, hierarki ini tidak selalu menjadi penghalang. Dalam beberapa kasus, atasan yang lebih fleksibel dan berpikiran terbuka dapat membuat suasana kerja lebih nyaman.
Aya bercerita bahwa bos yang merupakan atasan langsungnya sering berinteraksi dengan klien luar negeri, sehingga cenderung lebih fleksibel.
“Bosku lebih fokus pada isi daripada cara aku menyampaikan. Selama klien bisa mengerti apa yang aku sampaikan, dia nggak masalah,” ujarnya.
Baca juga:
Pekerja asing harus belajar menyesuaikan diri untuk menghadapi tantangan budaya kerja di Jepang.
Hal ini mencakup memahami kapan harus menggunakan formalitas dan kapan bisa lebih santai, serta belajar mengenali pola kerja tim.
“Aku harus lihat dulu situasi timnya, apakah orang-orangnya lagi sibuk atau nggak, baru aku tahu kapan bisa diskusi,” kata Aya.