Bagi pekerja Ginou Jisshuu maupun SSW di kota besar seperti Tokyo, asrama menjadi salah satu pilihan tempat tinggal paling umum.
Tinggal di ruang bersama membawa tantangan dan kenyamanan tersendiri, mulai dari membangun hubungan dengan rekan hingga menyesuaikan diri dengan aturan dan rutinitas baru.
Widy, seorang pekerja SSW, berbagi cerita tentang kehidupannya di asrama sebagai bagian dari perjalanannya di Jepang.
Tinggal bersama rekan kerja dalam satu asrama bisa memberikan rasa kebersamaan.
Bagi Widy, meskipun awalnya sempat ragu, pengalaman ini ternyata jauh lebih positif dari yang dia bayangkan.
“Awalnya aku bingung bagaimana caranya hidup dengan banyak orang. Tapi ternyata lebih mudah karena semuanya perempuan. Kami jadi seperti keluarga, seperti saudara. Kami punya latar belakang dan pendidikan yang mirip, jadi kami saling mengerti,” cerita Widy.
Namun, Widy juga mengakui ada tantangan, terutama soal privasi.
“Kadang aku mau telepon keluarga, tapi asrama kan kadang berisik. Tirai di kamar juga tidak terlalu membantu. Jadi aku pergi ke lantai satu yang lebih sepi buat telepon,” tambahnya.
Meskipun ada kekurangan, Widy merasa bahwa tinggal di asrama memiliki kelebihan tersendiri.
Ruang bersama ini bukan hanya praktis untuk perusahaan, melainkan juga menciptakan rasa persatuan dan kekeluargaan di antara para pekerja.
Baca juga:
Menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di Jepang membawa banyak perubahan dalam rutinitas harian Widy.
Tidak ada lagi pagi yang santai, jadwal Widy kini bangun pagi, perjalanan jauh, dan jam kerja panjang.
“Rutinitas sehari-hariku sekarang beda banget,” ungkapnya.
“Aku bangun jam 4 pagi setiap hari buat bersiap, berangkat kerja, dan mulai bekerja jam 6 pagi. Aku selesai kerja jam 3 sore, tapi perjalanan antar tempat kerja juga memakan waktu. Aku harus pakai Google Maps biar tidak nyasar. Biasanya aku tidur lebih awal kecuali kalau sedang libur,” terang Widy.
Hari libur menjadi waktu berharga bagi Widy untuk bersantai.
“Kami hanya libur sehari dalam seminggu, jadi aku biasanya di kamar saja, nonton film. Jarang keluar kecuali kalau ada hari libur tambahan,” katanya.
Rutinitas yang ketat ini membantu Widy tetap fokus dan terorganisir meskipun jadwalnya padat.
Tentu ada tantangan selama tinggal di asrama. Ada aturan tertentu untuk menjaga ketertiban dan keamanan, meskipun tidak selalu mudah dijalani.
“Ada beberapa hal yang bikin kesal, seperti jadwal bersih-bersih,” ujar Widy.
“Kami harus membersihkan asrama seminggu sekali, tapi setelah seharian bekerja, rasanya capek banget,” tambahnya.
Selain itu, ada aturan malam yang membuat Widy merasa sedikit terbatas.
“Kalau pulang terlambat, aku harus telepon dan melaporkannya. Kalau mau keluar malam, harus menulis nomor telepon orang yang diajak pergi bareng,” jelasnya.
Meski terasa merepotkan, Widy memahami pentingnya aturan tersebut.
“Aturan ini untuk keselamatan kami. Kalau ada apa-apa, mereka bisa cepat menghubungi kami,” kata Widy.
Ada juga kebiasaan kecil seperti mengganti sepatu dengan sandal saat masuk asrama.
“Aturan ini nggak susah, tapi kadang aku lupa,” ujarnya sambil tertawa.
Salah satu hal paling berharga dari tinggal di asrama adalah hubungan yang terjalin dengan sesama penghuni.
Bagi Widy, tinggal bersama sesama orang Indonesia membuat proses adaptasi lebih mudah.
“Kami seperti keluarga di sini karena semuanya dari Indonesia,” kata Widy.
“Kadang kami cari restoran halal atau tempat makan yang nggak ada babinya, terus makan bareng. Aku sendiri nggak terlalu pilih-pilih soal halal, selama itu ayam, aku makan,” ujarnya sembari tersenyum.
Selain dengan sesama orang Indonesia, Widy juga berinteraksi dengan penghuni dari negara lain.
“Mereka nggak sulit diajak tinggal bareng. Malah aku merasa mereka sama baiknya seperti yang lain,” katanya.
Koneksi ini menjadi bagian penting dari pengalaman Widy, menciptakan rasa kebersamaan di lingkungan baru.
Kehidupan di asrama punya suka dan duka, tapi bagi Widy, pengalaman ini terasa berharga.
Ruang bersama ini membangun hubungan, rasa kekeluargaan, dan dukungan antar sesama pekerja, sehingga membuat adaptasi ke kehidupan di Jepang jadi lebih mudah.
Meski ada aturan dan tantangan, kehidupan di asrama membantu Widy tetap fokus pada pekerjaannya, membangun koneksi, dan menemukan kenyamanan dalam momen-momen kecil.
Kisah Widy ini menjadi bagian penting dari perjalanannya sebagai pekerja SSW di Jepang.
Nantikan cerita selanjutnya tentang bagaimana Widy terus beradaptasi, belajar, dan berkembang di Negeri Sakura!
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Desember 2024)
View this post on Instagram