Selain itu, ada aturan malam yang membuat Widy merasa sedikit terbatas.
“Kalau pulang terlambat, aku harus telepon dan melaporkannya. Kalau mau keluar malam, harus menulis nomor telepon orang yang diajak pergi bareng,” jelasnya.
Meski terasa merepotkan, Widy memahami pentingnya aturan tersebut.
“Aturan ini untuk keselamatan kami. Kalau ada apa-apa, mereka bisa cepat menghubungi kami,” kata Widy.
Ada juga kebiasaan kecil seperti mengganti sepatu dengan sandal saat masuk asrama.
“Aturan ini nggak susah, tapi kadang aku lupa,” ujarnya sambil tertawa.
Salah satu hal paling berharga dari tinggal di asrama adalah hubungan yang terjalin dengan sesama penghuni.
Bagi Widy, tinggal bersama sesama orang Indonesia membuat proses adaptasi lebih mudah.
“Kami seperti keluarga di sini karena semuanya dari Indonesia,” kata Widy.
“Kadang kami cari restoran halal atau tempat makan yang nggak ada babinya, terus makan bareng. Aku sendiri nggak terlalu pilih-pilih soal halal, selama itu ayam, aku makan,” ujarnya sembari tersenyum.