Nagoro, sebuah desa kecil di Prefektur Tokushima, Jepang, dikenal sebagai "Desa Orang-Orangan Sawah" atau "Village of Dolls".
Desa ini menawarkan pengalaman wisata yang unik dan penuh cerita. Berikut ulasan lengkap tentang Nagoro berdasarkan berbagai sumber.
Desa Nagoro mulai dikenal setelah Tsukimi Ayano, seorang penduduk setempat, menciptakan orang-orangan sawah sebagai pengganti penduduk desa yang telah meninggal atau pindah.
Awalnya, Ayano membuat orang-orangan sawah untuk melindungi ladangnya.
Namun, idenya berkembang menjadi upaya mengenang tetangga dan kerabatnya yang telah tiada.
Lebih dari 350 boneka buatan tangan menghiasi setiap sudut desa.
Boneka-boneka ini diposisikan layaknya manusia. Ada yang bekerja di ladang, menunggu bus, atau bahkan duduk di dalam ruang kelas bekas sekolah.
Baca juga:
Nagoro adalah desa terpencil yang terletak di lembah di Pulau Shikoku, Jepang. Mengutip CNN, desa ini sulit dijangkau karena akses transportasi yang terbatas.
Jadwal bus jarang dan stasiun kereta terdekat berjarak satu jam perjalanan.
Namun, sekitar 3.000 wisatawan setiap tahunnya tetap berkunjung ke Nagoro, dengan beberapa pengunjung yang kembali setiap tahun.
Jumlah penduduk Nagoro mengalami penurunan drastis seiring waktu.
Saat Tsukimi Ayano masih kecil, desa ini memiliki lebih dari 300 penduduk, termasuk keluarga muda dengan anak-anak.
Namun, saat ini (per Juli 2019) hanya tersisa 27 penduduk dan penduduk termuda berusia lebih dari 50 tahun.
Sejak Ayano kembali ke Nagoro pada 2002, banyak penduduk lanjut usia, termasuk tetangganya, telah meninggal dunia.
Sementara itu, penduduk muda sebagian besar telah pindah ke kota besar di Jepang untuk mencari peluang ekonomi yang lebih baik.
Penurunan populasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak desa pedesaan di Jepang.
Tingkat kelahiran rendah dan urbanisasi menyebabkan komunitas kecil seperti Nagoro semakin ditinggalkan.
Melansir situs web Pariwisata Shikoku, keunikan Nagoro terletak pada boneka yang dirancang dengan detail.
Beberapa di antaranya bahkan memiliki nama, kepribadian, dan cerita yang tercatat dalam “buku catatan dasar orang-orangan sawah”.
Buku ini dapat ditemukan di pos peristirahatan dekat rumah keluarga Ayano.
Nagoro terletak di lembah terpencil di kawasan Oku-Iya. Pemandangan di sekitar desa ini menawarkan keindahan alam yang luar biasa, terutama saat musim gugur.
Pepohonan dengan dedaunan berwarna-warni menciptakan suasana magis yang cocok untuk fotografi.
Mengunjungi Nagoro seperti menghidupkan kembali kenangan masa lalu.
Boneka yang ditempatkan di sekolah tua atau rumah kosong menciptakan suasana yang sedikit melankolis tetapi penuh daya tarik.
Bagi kamu yang ingin mengunjungi Nagoro, perjalanan ini memerlukan waktu dan perencanaan matang.
Berdasarkan informasi dari situs web Pariwisata Miyoshi, berikut panduannya:
Perjalanan ke Nagoro memakan waktu berjam-jam melalui jalan yang berliku.
Disarankan untuk menggunakan jasa taksi lokal agar tidak tersesat dan dapat menjelajahi seluruh area desa dengan optimal.
Jika kamu sudah berada di Nagoro, ada beberapa destinasi lain yang layak dikunjungi di sekitar desa ini, dikutip dari situs web Shikoku Tours.
Bagi kamu yang mencari petualangan berbeda, Nagoro dapat menjadi tempat yang layak dikunjungi.
Jangan lupa, persiapkan perjalanan kamu dengan baik karena lokasinya yang cukup terpencil.
Sumber:
View this post on Instagram