Kizukai (気遣い) merupakan konsep budaya kerja orang Jepang yang melibatkan pertimbangan terhadap orang lain atau serupa basa-basi di Indonesia.
Hal itu memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan antarmanusia.
Walau kizukai bukan istilah yang familiar tetapi itulah sesuatu yang dipraktikkan oleh hampir semua orang Jepang, khususnya di lingkungan profesional.
Jadi, apa sebenarnya kizukai?
Pada intinya, kizukai diterjemahkan menjadi "pertimbangan," "kepedulian," atau "kehati-hatian" dalam Bahasa Indonesia. Namun, konsep ini lebih dari sekadar perhatian.
Inti dari kizukai terletak pada membuat orang lain merasa diakui dan dihargai dengan memikirkan posisi atau situasi mereka.
Orang Jepang menyebutnya aite no tachiba wo kangaete (相手の立場を考えて), atau "berpikir dari sudut pandang orang lain".
Konsep ini diungkapkan melalui tindakan, kata-kata, dan bahkan penggunaan bahasa yang sopan.
Ini bukan hanya tentang bersikap sopan, melainkan menunjukkan perhatian yang tulus dan menciptakan rasa harmoni dalam interaksi.
Sebagai orang Indonesia, saya perhatikan bahwa kizukai memiliki padanan yang serupa dalam budaya asal saya.
Di Indonesia, kami sering menyebutnya basa-basi, suatu bentuk komunikasi sopan dan penuh perhatian yang menumbuhkan hubungan yang baik.
Misalnya, saya ingat ibu saya sering mengungkapkan rasa terima kasih kepada tetangga kami, seorang pembuat makanan ringan.
Ibu saya mengatakan sesuatu seperti, "Ya ampun, terima kasih telah memberikan ini kepadaku meskipun kamu sangat sibuk!"
Tindakan pengakuan dan rasa terima kasih yang kecil ini menciptakan rasa hangat dan harmoni, seperti halnya kizukai di Jepang.
Baca juga:
Di tempat kerja Jepang, kizukai merupakan bagian penting dari interaksi sehari-hari.
Saya pernah berbicara dengan seorang kolega senior Jepang yang menjelaskan betapa pentingnya mempertimbangkan keadaan orang lain, terutama saat meminta bantuan.
Misalnya, jika kamu perlu menjadwalkan pertemuan dengan rekan kerja yang jadwalnya padat, biasanya kamu akan mengetahui situasinya dengan mengatakan sesuatu seperti:
“お忙しいところすみませんが、ちょっとお時間大丈夫ですか?”
(“Maaf mengganggumu saat kamu begitu sibuk, tapi bisakah kamu meluangkan sedikit waktu untukku mengenai masalah ini?”)
Setelah pertemuan, kamu akan menindaklanjuti dengan:
“お忙しいところありがとうございました。”
(“Terima kasih banyak telah hadir meskipun jadwal Anda sibuk.”)
Dengan menunjukkan itu, kamu menyadari dan menghargai usaha mereka.
Kamu membuat orang lain merasa dihargai dan dihormati. Hal ini pada gilirannya menumbuhkan rasa keharmonisan dan saling pengertian.
Hal yang menarik tentang kizukai adalah bahwa ini bukanlah upaya sepihak.
Menurut pengalaman saya, orang yang dimintai bantuan sering kali menanggapinya dengan rendah hati, dengan mengatakan hal-hal seperti:
“いえいえ、大丈夫ですよ。”
(“Tidak, tidak, tidak apa-apa.”)
atau
“そんなに忙しくなかったですよ。”
(“Lagipula aku tidak terlalu sibuk.”)
Kerendahan hati ini (kenkyo, 謙虚) adalah lapisan lain dari kizukai yang membantu menjaga suasana harmonis dan penuh hormat.
Kizukai lebih dari sekadar norma budaya melainkan cara membangun dan memelihara hubungan yang positif.
Dengan memperhatikan situasi orang lain dan menunjukkan pertimbangan yang tulus, kamu menunjukkan rasa hormat dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih harmonis.
Jika kamu bekerja di Jepang, mempraktikkan kizukai bukan hanya tentang bersikap sopan melainkan juga menciptakan rasa saling menghormati dan pengertian.
Orang Jepang secara alami memperhatikan orang lain, menjadikan kizukai sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.
Jadi, ketika kamu berada di Jepang, baik di tempat kerja maupun lingkungan sosial, cobalah mempraktikkan kizukai.
Ini adalah gerakan kecil yang dapat membuat perbedaan besar dalam membina keharmonisan dan membangun hubungan yang bermakna.
Ulasan ini disampaikan oleh Karsten Dwinata, WNI yang bekerja di Tokyo. Ia suka melakukan kegiatan menyenangkan seperti bermain game dan bertukar pikiran.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Desember 2024)
View this post on Instagram