Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Budaya Surat Menyurat di Jepang, Kotak Surat Bukan Cuma Pajangan

Kompas.com - 19/11/2024, 16:49 WIB

Saya mengamati berbagai aspek kehidupan sehari-hari selama tinggal sekitar setengah tahun di Jepang yang berbeda dengan Indonesia, salah satunya terkait penggunaan kotak surat.

Aspek kehidupan sehari-hari yang tampaknya sederhana ini mencerminkan nilai dan praktik budaya yang lebih luas.

Hal ini juga menyoroti perbedaan metode komunikasi antara Jepang dengan Indonesia.

Baca juga: Budaya Mottainai, Alasan Orang Jepang Suka Kasih Barang Gratis

Fungsi kotak surat di Jepang

Di Jepang, kotak surat merupakan bagian umum dan tak terpisahkan dari kehidupan perumahan yang memiliki berbagai fungsi penting.

Iklan, pemberitahuan bank, dan informasi terbaru dari pemerintah biasanya diletakkan di dalam kotak surat.

Kotak surat juga sarana bagi perusahaan untuk mengomunikasikan informasi penting, seperti pemberitahuan pembangunan tangki gas atau air serta pemeriksaan pemeliharaan rutin.

Sistem ini memastikan bahwa penduduk tetap mendapat informasi dan memberikan tingkat kemudahan yang sangat dihargai.

Banyak dokumen dan pemberitahuan penting yang dikirim melalui surat. Sayangnya, beberapa orang menganggap surat yang mereka terima sebagai spam.

Misalnya, saya pernah menerima pemberitahuan dari pemerintah tentang bantuan keuangan yang tersedia untuk rumah tangga.

Komunikasi ini merupakan bagian dari program yang ditujukan untuk membantu keluarga.

Namun, banyak yang mungkin mengabaikan pesan penting tersebut hanya karena prasangka tentang isi surat mereka.

Ilustrasi kotak pos di Jepang.
Ilustrasi kotak pos di Jepang.

Sangat penting bagi orang untuk menilai kembali pandangan mereka tentang kotak surat dan pesan yang ada di dalamnya.

Informasi yang diterima bisa jadi penting sehingga mengabaikannya dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan atau update penting.

Warga dapat lebih terlibat dengan komunitas mereka dan memastikan mereka tidak mengabaikan informasi penting dengan menyadari pentingnya sistem surat menyurat ini.

Secara keseluruhan, penggunaan kotak surat yang efektif di Jepang mencerminkan budaya menghargai komunikasi terorganisasi dan keterlibatan masyarakat.

Baca juga: Omiyage, Budaya Beri Hadiah di Jepang yang Utamakan Kerendahan Hati

Fungsi kotak surat di Indonesia

Ilustrasi kotak surat.
Ilustrasi kotak surat.

Sebaliknya, orang Indonesia jarang menggunakan kotak surat.

Meskipun beberapa rumah mungkin memiliki kotak surat tetapi biasanya kurang dimanfaatkan.

Kurir pos biasanya mengantarkan surat secara langsung kepada penerima, bukan ditaruh di dalam kotak surat.

Hal ini dapat dilakukan dengan meninggalkan pesanan di pintu depan, membunyikan bel pintu, atau bahkan menitipkan barang kepada tetangga.

Tidak adanya sistem kotak surat yang dimanfaatkan dengan baik di banyak lingkungan dapat menyebabkan pendekatan yang kurang terorganisasi dalam menerima dan mengirim informasi.

Perbedaan budaya surat menyurat dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk perencanaan kota, teknologi, dan preferensi komunikasi.

Di Indonesia, pesatnya pertumbuhan komunikasi digital telah mengalihkan fokus dari surat fisik.

Sementara di Jepang, praktik tradisional hidup berdampingan dengan kemudahan modern.

Refleksi budaya

Kontras dalam penggunaan kotak surat antara Jepang dan Indonesia menyoroti nilai-nilai budaya yang lebih luas.

Di Jepang, ada penekanan kuat pada ketertiban dan efisiensi, yang tercermin dalam pendekatan terstruktur terhadap komunikasi.

Sebaliknya, di Indonesia, ketergantungan pada interaksi langsung menumbuhkan rasa kebersamaan, meskipun mungkin tidak memiliki manfaat organisasi yang terlihat di Jepang.

Kesimpulan

Tinggal di Jepang telah memberi saya perspektif unik tentang pentingnya kotak surat dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan kotak surat yang efektif di sini menjadi bukti penekanan budaya pada komunikasi yang terorganisasi dan efisiensi.

Sebaliknya, pendekatan Indonesia terhadap surat mencerminkan gaya interaksi yang lebih personal dan berorientasi pada komunitas.

Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing.

Memahami perbedaan ini memperkaya apresiasi saya terhadap berbagai cara orang berkomunikasi lintas budaya.

Baca juga: Budaya Tepat Waktu di Jepang, Hargai Diri Sendiri dan Orang Lain

Ulasan di atas disampaikan oleh Axel, WNI yang kerja di Tokyo. Ia hobi bernyanyi, mendengarkan musik, dan berjalan-jalan di kota.

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (25 Oktober 2024)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.