Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Omiyage, Budaya Beri Hadiah di Jepang yang Utamakan Kerendahan Hati

Kompas.com - 22/10/2024, 18:48 WIB

Memberi hadiah merupakan gestur universal yang menunjukkan niat baik, tetapi cara melakukannya dapat sangat bervariasi tergantung budaya setempat.

Di Jepang, tindakan memberi hadiah atau cendera mata sering disertai sikap rendah hati, mirip dengan kebiasaan di Indonesia.

Ohayo Jepang akan membahas nuansa budaya pemberian hadiah di Jepang, berbagi pengalaman pribadi, dan menyoroti beberapa frasa umum yang digunakan dalam konteks ini.

Saat memberikan hadiah, orang Jepang biasanya bersikap rendah hati dengan mengecilkan nilai hadiah itu.

Praktik ini agak mirip dengan cara orang Indonesia memberi hadiah, di mana kerendahan hati dan rasa hormat tertanam kuat dalam interaksi sosial.

Di Indonesia, ini merupakan bagian dari etiket budaya yang lebih luas yang dikenal sebagai unggah-ungguh dalam bahasa Jawa atau tata krama dalam bahasa Indonesia.

Terlepas dari usia atau status sosial penerima, orang Indonesia sering kali menggunakan ekspresi rendah hati saat memberikan hadiah.

Baca juga: Jangan Kasih Bunga Krisan Putih ke Orang Jepang, Identik dengan Pemakaman

Ilustrasi memberi hadiah kepada orang tua saat Keiro No Hi atau Hari Penghormatan bagi Orang Lansia di Jepang. (KARAKSA MEDIA PARTNER)
Ilustrasi memberi hadiah kepada orang tua saat Keiro No Hi atau Hari Penghormatan bagi Orang Lansia di Jepang. (KARAKSA MEDIA PARTNER)

Di Jepang, orang mengatakan ini saat memberikan hadiah:

  1. "つまらないものですが、よかったら"
    Tsumaranai mono desuga, yokattara
    (Ini adalah hal yang membosankan, tetapi jika Anda ingin...)
  2. "ほんの少しですが"
    Honno sukoshi desuga
    (Tidak terlalu banyak, tapi...) 

Ungkapan itu mencerminkan ciri budaya orang Indonesia dan Jepang yaitu menggunakan ungkapan rendah hati untuk menujukkan empati dan kesopanan.

Namun, kalimat “ini adalah hal yang membosankan” dalam budaya Jepang mungkin membingungkan. Mengapa menawarkan sesuatu yang dianggap membosankan?

Seorang kolega berkebangsaan Jepang yang usianya dekat dengan saya, juga menganggap ungkapan ini agak pesimis dan bukannya rendah hati.

Di Jepang modern, banyak orang lebih suka menggunakan ungkapan yang lebih positif dan tulus saat memberi hadiah.

Mereka menghargai frasa yang menonjolkan daya tarik hadiah, seperti:

  1. "これは美味しいお菓子です"
    Kore wa oishī okashidesu
    (Ini adalah suguhan yang lezat)
  2. "面白いものです"
    Omoshiroi monodesu
    (Ini adalah barang yang menarik).

Kata yang membangkitkan suasana hati ini dianggap lebih langsung dan tulus.

Di dunia saat ini, banyak orang Jepang menganggap ungkapan tradisional terlalu formal atau kaku.

Kini, mereka cenderung memuji hadiah daripada meremehkannya.

Baca juga: Budaya Tepat Waktu di Jepang, Hargai Diri Sendiri dan Orang Lain

Ilustrasi kado atau hadiah.
Ilustrasi kado atau hadiah.

Meskipun ada perubahan ini, sifat dasar kerendahan hati tetap menjadi aspek yang dihargai dalam budaya Asia.

Frasa yang rendah hati ini, meskipun lebih jarang digunakan daripada di masa lalu, tetap berfungsi untuk mengaburkan upaya seseorang, menghindari pamer, dan menunjukkan rasa hormat.

Menurut saya, pendekatan yang seimbang adalah dengan menggunakan frasa seperti "(ほんの)少しですが" (Tidak terlalu, tapi...), yang menyampaikan kerendahan hati tanpa terlalu pesimis tentang kualitas hadiah.

Sebagai kesimpulan, meskipun budaya Indonesia dan Jepang berbeda, keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang kerendahan hati dalam memberi hadiah.

Kepekaan modern cenderung lebih mengarah pada ekspresi yang lebih langsung.

Namun, pelajaran tentang kerendahan hati dan rasa hormat yang tertanam dalam frasa tradisional ini tetap relevan dan dihargai di kedua budaya.

Baca juga: Uchiage, Cara Orang Jepang Rayakan Perpisahan dan Pencapaian Bermakna

Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, WNI yang kerja di Tokyo. Ia hobi bermain bulu tangkis, mendengarkan musik seperti lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Oktober 2024)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.