Musim gugur hampir tiba di Jepang, yuk kita mempelajari peribahasa Jepang yang berkaitan dengan musim gugur.
Kita dapat belajar dari kearifan orang-orang pada masa lalu tentang pengamatan mereka terhadap fenomena musim gugur dan bagaimana kita dapat mengaitkannya dengan kehidupan.
Musim gugur di Jepang adalah musim perubahan, warna alam cerah dan udara segar menghadirkan rasa pembaruan dan refleksi.
Musim ini tidak hanya dirayakan karena keindahannya, melainkan juga kearifan yang disampaikannya melalui peribahasa tradisional.
Peribahasa yang diwariskan dari generasi ke generasi ini, menangkap esensi musim gugur dan menawarkan wawasan tentang kehidupan, alam, dan perilaku manusia.
Berikut adalah beberapa peribahasa Jepang terkenal yang selaras dengan semangat musim gugur.
Terjemahan: "Jangan biarkan menantu perempuanmu memakan terong musim gugur".
Arti: Pepatah ini memiliki dua penafsiran.
Secara tradisional, terong musim gugur dipercaya dapat mendinginkan tubuh dan berpotensi membahayakan kesehatan wanita, terutama jika dia sedang hamil.
Di sisi lain, hal ini juga mencerminkan sentimen lebih lucu dan protektif dari ibu mertua yang ingin menyimpan terong musim gugur lezat untuk diri sendiri.
Terjemahan: "Hari-hari musim gugur jatuh seperti ember di dalam sumur".
Arti: Pepatah ini menyoroti betapa cepatnya hari-hari memendek pada musim gugur.
Hal itu sama seperti ember yang jatuh dengan cepat ke dalam sumur.
Siang hari tampak cepat menghilang, mengingatkan kita akan sifat waktu yang cepat berlalu.
Terjemahan: "Angin musim gugur bertiup".
Arti: Frasa ini menandakan datangnya musim gugur dan perubahan yang ditimbulkannya.
Peribahasa ini tidak hanya menandakan bertiupnya angin musim gugur, melainkan juga mendinginnya kasih sayang atau perasaan antara pria dan wanita.
Terjemahan: "Malam musim gugur yang panjang".
Arti: Peribahasa ini menggambarkan malam musim gugur yang semakin panjang, waktu yang sering dikaitkan dengan introspeksi dan kontemplasi.
Peribahasa ini menyarankan menggunakan malam yang lebih panjang untuk merenungkan hidup seseorang, membuat rencana, dan menikmati ketenangan yang datang bersama musim tersebut.
Terjemahan: "Hati seorang wanita dan langit musim gugur".
Arti: Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan sifat hati seorang wanita yang mudah berubah, membandingkannya dengan cuaca musim gugur yang tidak dapat diprediksi.
Frasa ini berfungsi sebagai pengingat akan sifat kehidupan dan hubungan yang selalu berubah dan terkadang tidak menentu.
Terjemahan: "Tujuh bunga musim gugur".
Arti: Ini merujuk pada tujuh bunga tradisional musim gugur di Jepang yaitu hagi (semanggi semak), susuki (rumput pampas Jepang), kuzu (garut), nadeshiko (dianthus), ominaeshi (patrinia), fujibakama (wortel), dan kikyo (bunga lonceng).
Di Jepang, "Tujuh Rempah Musim Semi (春の七草/Haru no nanakusa)" lebih terkenal sebagai makanan, tetapi Tujuh Bunga Musim Gugur tidak untuk dikonsumsi; melainkan untuk disyukuri.
Peribahasa Jepang tentang musim gugur menawarkan kekayaan kebijaksanaan dan wawasan budaya.
Peribahasa tersebut mengingatkan kita untuk menghargai masa kini, menerima perubahan, dan menemukan keindahan dalam momen-momen kehidupan yang singkat.
Saat daun berganti warna dan hari semakin pendek, biarkan peribahasa ini menuntunmu melewati musim dengan apresiasi yang lebih dalam terhadap alam dan pelajaran yang diberikannya.
Referensi:
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (https://www.maff.go.jp/j/agri_school/a_tisiki/kotowaza/)
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (September 2024)