OhayoJepang - Berdasarkan data Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, turis yang datang ke Negeri Sakura sejak Januari-Maret 2024 telah mencapai 8,56 juta orang.
Jika angkanya konsisten, maka kemungkinan Jepang bisa mencapai rekor pengunjung pra pandemi yakni, 32 juta turis pada tahun 2025.
“Jika kita melanjutkan dengan kecepatan ini, kita dapat memperkirakan jumlah pengunjung yang masuk dan jumlah pengeluaran akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024, melampaui target yang telah kita tetapkan untuk tahun 2025,” kata Perdana Menteri Fumio Kishida dalam pertemuan tingkat menteri.
Wisatawan asing juga menghabiskan ¥1,8 triliun selama periode Januari-Maret, yang berarti sekitar ¥210,000 per orang per kunjungan.
Jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi karena semakin banyak orang yang tinggal lebih lama di Jepang akibat melemahnya yen.
Baca juga : Turis Berlebihan, Pemerintah Jepang akan Tutup Pemandangan Gunung Fuji di Spot Ini
Jepang juga memecahkan rekor jumlah pengunjung asing sebesar 3,08 juta orang pada bulan Maret, melampaui rekor tertinggi sebelumnya sebesar 2,99 juta orang pada bulan Juli 2019, kata JNTO seperti dikulip dari The Japan Times.
Lonjakan jumlah tersebut disebabkan oleh libur Paskah pada bulan Maret, yang menarik banyak wisatawan dari negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Ditambah lagi daya tarik musim bunga sakura yang memesona.
Pada tahun 2023, sekitar 25 juta pengunjung datang ke Jepang, menghabiskan biaya sebesar ¥5,3 triliun, dengan rata-rata satu wisatawan menghabiskan sekitar ¥210,000 per kunjungan.
Angka tersebut telah melampaui target – yang ditetapkan sebesar total ¥5 triliun dan rata-rata ¥200,000 – yang telah ditetapkan untuk tahun 2025 dalam strategi dan tujuan pariwisata pemerintah, yang dirancang pada tahun 2023.
Namun, tujuan lain dalam rencana tersebut masih belum tercapai. Untuk itu, pemerintah Jepang tengah mengadakan pertemuan tingkat menteri untuk membahas upaya dan rencana selanjutnya.
Salah satu tujuan yang ditetapkan adalah membangun tempat-tempat wisata yang berkelanjutan, atau destinasi wisata yang dapat terus berkembang dan mandiri.
Diharapkan, tujuan wisata baru ini bisa mandiri dalam hal keuangan, sosial, budaya dan sumber daya alam, dengan dampak minimal terhadap lingkungan.
Pada bulan November, berdasarkan angka terbaru yang ada, hanya ada 31 daerah yang telah melaksanakan proyek serupa, jauh dari target pemerintah sebesar 100 pada tahun 2025.
Wisatawan masih berkumpul di kota besar Jepang
Persoalan lain yang masih tersisa adalah wisatawan cenderung berkunjung ke kota-kota besar di Jepang.
Pada tahun 2023, sekitar 70% dari seluruh pengunjung menginap di tiga kota metropolitan Tokyo, Osaka atau Kyoto, atau wilayah sekitar ibu kota seperti prefektur Chiba dan Kanagawa. Angka tersebut hanya lebih dari 60% sebelum pandemi.
“Saya pikir potensi daerah pedesaan benar-benar tidak terbatas – dan kita belum melihat potensi ini berkembang sepenuhnya,” kata Ichiro Takahashi, kepala Badan Pariwisata Jepang.
“Meskipun ada tren distribusi yang tidak merata di tiga wilayah metropolitan utama, kami ingin memperkuat upaya kami untuk menarik pengunjung ke wilayah pedesaan,” imbuh Takahashi.
Baca juga : Melihat Megahnya Gunung Fuji dari Danau Kawaguchiko
Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan keluar negeri masih rendah dibandingkan dengan kedatangan wisatawan asing.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya yen dan tingginya harga kunjungan ke luar negeri.
Pada bulan Maret, sekitar 1,22 juta orang mengunjungi luar negeri dari Jepang, sekitar 60% dari angka pada periode yang sama pada tahun 2019.
Pada tahun 2023, angkanya mencapai 9,62 juta, kurang dari separuh jumlah yang tercatat pada tahun 2019.
Sumber :