OhayoJepang - Jepang tak hanya Tokyo dan Osaka. Ada banyak kota di Jepang dengan ragam kehidupan dan budayanya masing-masing yang unik.
Salah satunya Kota Okayama dan komunitas Muslim di kota ini. Saya akan menceritakan kisah orang-orang Indonesia yang tinggal di Jepang melalui cerita tentang Masjid Okayama di Kota Okayama, tempat kelahiran saya.
Baca juga: Pengalaman Menjelajahi Keindahan Masjid Tokyo Camii
Kota Okayama merupakan kota besar berpenduduk lebih dari 700.000 orang yang terletak di wilayah Chugoku.
Di Kota Okayama ini, ada sekitar 500 orang lebih warga negara Indonesia yang tinggal dan jumlahnya bertambah setiap tahun.
Setiap kali saya pergi ke masjid, ada banyak orang Indonesia yang menggunakan tempat ini. Jadi, saya bisa menyaksikan sendiri bahwa orang Indonesia semakin banyak menetap di Okayama.
Masjid Okayama didirikan pada tahun 2009 dengan dana yang berasal dari perkumpulan mahasiswa Muslim Okayama. Sebelumnya mereka melaksanakan salat di dalam kampus Universitas Okayama.
Setelah masjid tersebut selesai dibangun, masjid ini berperan besar pada terbentuknya komunitas Muslim di Okayama. Pada saat Idul Fitri dan bulan Ramadan, tempat ini dipenuhi para jamaah.
Bahkan beberapa tahun ini, mereka juga meminjam ruang olahraga sebuah sekolah dasar di kota tersebut untuk salat Idul Fitri.
Masjid Okayama ini terdiri atas dua lantai. Lantai kedua digunakan sebagai tempat menginap mahasiswa yang kesulitan menyewa tempat tinggal karena alasan ekonomi.
Masjid Okayama tersebut digunakan sebagai tempat bersosialisasi bagi mahasiswa Indonesia yang belajar sebagai pelajar asing di universitas sekitarnya. Selain itu, tentu saja sebagai tempat yang penting untuk menjalankan ibadah dan menjalin pertemanan.
“Saya bisa mendapatkan informasi terkait perkuliahan dan kehidupan sehari-hari berkat tinggal di dekat masjid ini,” kata Seorang mahasiswa Indonesia yang datang ke Jepang pada tahun 2018 sebagai pelajar asing dan tinggal di sekitar Masjid Okayama.
Kekhawatirannya terkait bahasa dan agama selama hidup di Jepang, cukup teratasi berkat kehadiran masjid ini. Selain itu, dia mengalami kesulitan dalam mencari makanan halal di supermarket biasa. Jadi, Ia pun sering berbelanja di toko halal di dekat masjid.
Di masjid ini, ada juga orang-orang asal Pakistan, Turki, dan negara lain yang datang menjadikannya menjadi tempat berkomunikasi lintas kebangsaan dan usia.
Saat ini, jumlah Muslim berdarah Jepang masih sedikit, sehingga orang Jepang beragama Islam yang bisa mengajarkan tentang bahasa dan kebudayaan Jepang kepada para pelajar asing jumlahnya terbatas.
Namun, saya mendapatkan kesempatan beberapa kali untuk mengajarkan hal tersebut kepada para pelajar asing.
Seiring dengan bertambahnya jumlah Muslim di Okayama akhir-akhir ini, jumlah toko yang menyediakan makanan halal dan tempat salat pun ikut bertambah.
Namun, bagi para mahasiswa yang tinggal dalam waktu lama, mereka masih merasa kesulitan saat libur kuliah panjang sebab kantin kampus tutup dan sulit juga mendapatkan makanan karena alasan uang saku yang terbatas.
Pada situasi tersebut, masjid dapat dipandang sebagai tempat lebih dari sekedar tempat salat.
Baca juga: Panduan Mencari Masjid dan Musola di Jepang
Selain mahasiswa, orang-orang yang datang dari Indonesia bersama keluarga membentuk 20 persen populasi warga Indonesia yang tinggal di Okayama.
Seorang laki-laki Indonesia yang tinggal bersama istri dan dua orang anak lelakinya menceritakan bahwa ia merasa dapat membesarkan anak-anaknya dengan tenang sebagai keturunan Indonesia kelahiran Jepang.
“Saya bisa menilik kembali kehidupan sebagai Muslim dengan tinggal di Okayama, Jepang. Selain itu, anak-anak saya pun dapat berbaur menyatu di tengah masyarakat Jepang," katanya.
Saya merasa sangat bersyukur karena ada tempat bagi anak-anak saya beraktivitas selain di sekolah Jepang seperti mengikuti pelajaran bahasa Arab setiap pekan di masjid dan bermain bola,” lanjutnya.
Saya merasakan bahwa Masjid Okayama menjadi tempat penting untuk menjalin hubungan tidak hanya bagi sesama muslim tetapi juga antara muslim dan masyarakat Jepang di sekitarnya.
Selain itu, masjid-masjid seperti ini tersebar di seluruh Jepang dan jumlahnya pun terus bertambah.
Kita bisa melihat kehidupan Muslim di Jepang lebih jelas jika kita melirik ke tempat yang bernama “Masjid”.
Artikel ini ditulis oleh Ertugrul Yunus, Mahasiswa Tahun ke-3 Fakultas Kebijakan Masyarakat, yang tergabung dalam Muslim Symbiosis Project Nonaka Lab dari Keio University kampus Shonan Fujisawa. Muslim Symbiosis Project Nonaka Lab merupakan sebuah kelompok penelitian mahasiswa yang ada di kampus Shonan Fujisawa Keio University.
Kelompok ini memiliki tujuan berupa pemberian Omotenashi (Japan’s Hospitality) kepada orang Muslim baik yang sedang berwisata ataupun berkunjung ke Jepang. Mereka membagikan informasi mengenai restoran ramah muslim melalui berbagai media seperti guidebook, aplikasi, Facebook dan Youtube. Saat ini, terdapat 20 mahasiswa yang tergabung dari tahun pertama sampai tahun ke-4 yang tergabung dalam kelompok penelitian ini.
Nonaka Lab HP:
https://nonakalab.sfc.keio.ac.jp/homepage/index.html (Japanese)
https://nonakalabproject.wixsite.com/nonakalabactivity/link (English)
facebook (Welcome Muslim Friends)
twitter
Instagram
Youtube (Nonaka lab. channel)