Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Seputar Jepang

Geger Budaya Balik: Perbedaan Budaya Jalan Raya Jepang dan Indonesia

Kompas.com - 11/12/2019, 08:21 WIB

OhayoJepang - Perubahan tidak terelakkan. Saat kamu pindah ke Jepang, kemungkinan kamu akan menemukan beragam perubahan. 

Beberapa warga asing yang menetap di Jepang mengakui pelan-pelan jadi mengadopsi budaya Jepang. Bahkan tak sedikit yang menjadi berubah seperti orang Jepang. 

Karena hal ini, sebagian warga asing mengalami kesulitan saat pulang ke negara asalnya dah harus kembali beradaptasi ke budaya di negara asalnya itu. 

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Transportasi di Jepang Nyaman

Fenomena ini kerap disebut counter-culture shock atau reverse culture shock atau geger budaya balik. Hal ini terjadi saat proses kembali beradaptasi dengan budaya asal setelah pergi dan tinggal di negara lain dalam waktu lama.

Dalam artikel ini, kami akan berbagi pengalaman salah satu penulis Ohayo Jepang yang menetap di Jepang. Mereka mengalami geger budaya balik saat berada di Indonesia, terutama urusan menyetir di Jakarta dibanding di Tokyo. 

Membunyikan klakson Pencel bel

Sangat jarang mendengar orang memencet klakson mobil di Jepang. Karena bunyi klakson mobil sangat jarang terdengar di Jepang, saya sangat kaget dan nyaris bangun dari kursi ketika ada orang mengklakson mobil ke arah saya. 

Hal ini terasa lucu, karena saya sebenarnya sudah terbiasa mendengar bunyi klakson sebelumnya saat menetap di Indonesia. 

Memberikan jalan

Pengendara mobil di Jepang sangat disiplin. Saat terjadi kemacetan di jalan untuk masuk ke satu jalur dari dua jalur berbeda, mereka akan saling memberikan jalan secara bergantian.

Bila ada mobil yang masuk dari arah jalur pertama, mobil berikutnya di jalur yang sama tidak akan langsung ikut masuk ke jalan satu jalur tersebut. Dia akan menanti gilirannya dan memberikan kesempatan kepada mobil dari jalur satunya lagi untuk masuk terlebih dahulu. 

Menyalip jalan

Pengendara mobil di Jepang memastikan mobilnya dengan mobil di depan memiliki jarak aman. Keamanan hal yang utama, begitu moto kebanyakan orang Jepang.

Namun hal tersebut terjadi sebaliknya di Indonesia. Pengendara di Indonesia gemar menyalip dan sebisa mungkin bisa mendahului mobil di depannya. Jadinya saat menyetir di Indonesia, saya terus was-was. 

Baca juga: Jenis-Jenis Klinik di Jepang, Wajib Kamu Tahu!

Macet

Di kota besar di Indonesia, macet merupakan pemandangan sehari-hari. Banyak waktu terbuang percuma saat berada di kemacetan. Hal ini berbanding terbalik dengan jalan di Jepang yang jarang macet, yang menjadikan budaya tepat waktu sangat kuat di negara ini.

Pejalan kaki

Aturannya di Indonesia, pejalan kaki mendapatkan prioritas saat menyeberang. Namun kenyataannya di Jakarta, kerap kali pejalan kaki harus mengalah.

Di Jepang, pejalan kaki mendapatkan prioritas utama saat menyeberang jalan. Hal ini bisa kamu rasakan saat menyebrang pada zebra cross tanpa lampu merah untuk pejalan kaki di Jepang, mobil akan berhenti dan memberikan waktu untuk pejalan kaki menyebarang. 

Provided by Karaksa Media Partner (3 December 2019)


       

Halaman:
Editor : Silvita Agmasari

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.