Sudah sekitar jam 6 sore ketika dia tiba di stasiun 8, dan suhu terasa lebih dingin. Dia langsung pergi ke penginapan yang telah dipesan sebelumnya, makan nasi kari dan minum teh panas, berganti pakaian kering, membeli minuman, dan membuat persiapan lain sebelum berangkat ke puncak.
Rupanya, dia tidak bisa tidur walaupun dia mau karena hanya ada kasur tipis dan harus tidur bersama dengan pendaki lainnya. Dia hanya menutup matanya dan beristirahat sebelum pergi lagi untuk menangkap matahari terbit antara jam 04:30 ~ 05:00.
Hari kedua: perjalanan dari stasiun 8 menuju puncak
Ini sudah jam 11:30 malam dan waktunya untuk memulai perjalanan terakhirnya ke puncak. Suhunya mungkin turun sampai sekitar 0 derajat Celcius.
Jadi, dia mengenakan sarung tangan, headlamp dan semua jaket yang dibawa, kecuali jas hujan agar tidak terlalu panas dan bisa dipakai nanti setelah sampai di puncak.
Perjalanan dari penginapan ke puncak dapat dicapai dalam tiga jam. Namun, musim panas adalah musim pendakian dan jalur akan diisi dengan antrean pendaki. Itulah alasan mengapa dia mulai mendaki pada jam 11:30 pagi.
Seluruh jalan setapak ke puncak dipenuhi dengan tanjakan batu besar dan tangga yang membuat orang kelelahan.
Banyak pendaki berhenti karena mereka mulai merasakan sindrom puncak karena kekurangan oksigen karena tidur dan kelelahan. Untungnya, dia tidak mengalami sindrom ini.
Menikmati pemandangan matahari terbit sambil menyeruput minuman hangat
Dia tiba di puncak sekitar jam 4 pagi. Masih ada beberapa menit sampai matahari terbit dan itulah saatnya menemukan posisi strategis untuk melihat pemandangan yang indah.