Ini sudah jam 11:30 malam dan waktunya untuk memulai perjalanan terakhirnya ke puncak. Suhunya mungkin turun sampai sekitar 0 derajat Celcius.
Jadi, dia mengenakan sarung tangan, headlamp dan semua jaket yang dibawa, kecuali jas hujan agar tidak terlalu panas dan bisa dipakai nanti setelah sampai di puncak.
Perjalanan dari penginapan ke puncak dapat dicapai dalam tiga jam. Namun, musim panas adalah musim pendakian dan jalur akan diisi dengan antrean pendaki. Itulah alasan mengapa dia mulai mendaki pada jam 11:30 pagi.
Seluruh jalan setapak ke puncak dipenuhi dengan tanjakan batu besar dan tangga yang membuat orang kelelahan.
Banyak pendaki berhenti karena mereka mulai merasakan sindrom puncak karena kekurangan oksigen karena tidur dan kelelahan. Untungnya, dia tidak mengalami sindrom ini.
Menikmati pemandangan matahari terbit sambil menyeruput minuman hangat
Dia tiba di puncak sekitar jam 4 pagi. Masih ada beberapa menit sampai matahari terbit dan itulah saatnya menemukan posisi strategis untuk melihat pemandangan yang indah.
Ada beberapa area, area di depan restoran, area di lereng, atau di area jalan turun. Kali ini, dia memutuskan untuk melihat pemandangan dari bangku di depan restoran.
Jadi, dia memutuskan untuk menunggu sambil menghangatkan dirinya dengan menyeruput amazake panas (sake non-alkohol).
Kemudian matahari terbit dari bawah awan, dan pemandangan ini terlihat amat sangat indah. Semua orang berdecak kagum dengan pemandangan itu dan memegang kamera untuk merekam seluruh proses matahari terbit.