Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Nama Anak Jepang yang Viral dan Kontroversial, Kini Ada Aturannya

Kompas.com - 31/05/2025, 12:40 WIB

Orang tua di Jepang kini tak lagi memiliki kebebasan penuh dalam memberi nama kepada anak-anak mereka, menyusul diberlakukannya aturan baru pada pekan ini mengenai pelafalan karakter kanji.

Melansir The Guardian pada Selasa (27/5/2025), perubahan ini bertujuan untuk menghentikan maraknya penggunaan nama kirakira yang berarti berkilau atau gemerlap.

Terdapat tren penamaan anak di kalangan orang tua yang ingin memberikan sentuhan kreatif.

Perdebatan soal nama kirakira telah berlangsung sejak 1990-an, dipicu oleh meningkatnya penggunaan nama dengan pelafalan kanji yang tidak umum.

Beberapa orang tua mendapat kritik karena memberi nama anak mereka berdasarkan tokoh atau merek terkenal.

Nama tersebut seperti Pikachu (dari Pokémon), Naiki (Nike), Daiya (Diamond), Pū (seperti Winnie-the-Pooh), dan Kitty (dari karakter Hello Kitty). 

Nama lain yang pernah menjadi sorotan karena dinilai terlalu berani termasuk Ōjisama (Pangeran) dan Akuma (Iblis).

Tren ini kerap menimbulkan kerepotan administratif bagi otoritas lokal dan mengundang ejekan dari teman sekelas dalam beberapa kasus.

Revisi Undang-Undang Pencatatan Keluarga ini tidak melarang penggunaan kanji, karakter berbasis aksara Tionghoa dalam tulisan Jepang.

Namun, orang tua diwajibkan melaporkan pelafalan fonetik nama tersebut kepada otoritas setempat.

Hal ini sebagai upaya untuk menghapus pelafalan yang tidak lazim atau kontroversial.

Hanya pelafalan resmi yang diakui secara luas terhadap karakter kanji yang boleh digunakan.

Pemerintah Jepang ingin mengakhiri kebingungan yang disebabkan oleh nama-nama yang terlalu nyeleneh, baik di sekolah, rumah sakit, maupun layanan publik lainnya.

Baca juga:

Ilustrasi anak-anak di tempat penitipan anak di Jepang.
Ilustrasi anak-anak di tempat penitipan anak di Jepang.

Bagaimana Cara Kerja Nama Kirakira?

Mengutip CNN pada Rabu (28/5/2025), Jepang mengadaptasi tiga sistem penulisan, yakni kanji, hiragana, dan katakana.

Nama biasanya ditulis dalam kanji dan di sinilah masalahnya muncul.

Karakter Kanji diadaptasi dari Bahasa China ke dalam Bahasa Jepang, satu karakter bisa memiliki banyak cara pelafalan.

Pelafalan yang benar biasanya ditentukan berdasarkan konteks dan karakter lainnya dalam sebuah frasa atau kalimat.

Namun dalam nama kirakira yang mulai populer sejak 1980-an, orang tua sering memilih nama berdasarkan bunyi fonetik yang diinginkan.

Misalnya ingin nama anak terdengar seperti Pikachu, lalu mereka memilih karakter kanji yang memiliki bunyi mirip, meskipun karakter tersebut biasanya tidak dibaca dengan cara tersebut.

Akibatnya, nama yang tertulis dalam kanji itu menjadi sulit dibaca atau bahkan tidak mungkin diucapkan dengan benar hanya dengan melihat tulisan kanji.

Hal itu membingungkan guru, petugas medis, atau otoritas lainnya.

Beberapa orang membandingkan fenomena ini dengan tren di Amerika Serikat.

Orang tua memilih ejaan unik untuk nama umum, misalnya “Ashleigh” alih-alih “Ashley” atau “Catelynn” menggantikan “Caitlin.”

Sumber:

  • The Guardian: https://www.theguardian.com/world/2025/may/27/japan-baby-name-ban-kirakira-flashy-names
  • CNN: https://edition.cnn.com/2025/05/28/asia/japan-kirakira-unusual-names-intl-hnk

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.