Misalnya ingin nama anak terdengar seperti Pikachu, lalu mereka memilih karakter kanji yang memiliki bunyi mirip, meskipun karakter tersebut biasanya tidak dibaca dengan cara tersebut.
Akibatnya, nama yang tertulis dalam kanji itu menjadi sulit dibaca atau bahkan tidak mungkin diucapkan dengan benar hanya dengan melihat tulisan kanji.
Hal itu membingungkan guru, petugas medis, atau otoritas lainnya.
Beberapa orang membandingkan fenomena ini dengan tren di Amerika Serikat.
Orang tua memilih ejaan unik untuk nama umum, misalnya “Ashleigh” alih-alih “Ashley” atau “Catelynn” menggantikan “Caitlin.”
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram