Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Kewilayahan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Budianto, menyebut bahwa warga negara Indonesia (WNI) di Jepang cenderung membentuk komunitas sebagai wadah berkumpul.
Menurutnya, hal ini merupakan upaya orang Indonesia untuk saling terhubung satu sama lain.
Ada banyak alasan di balik pembentukan komunitas di Jepang, tetapi utamanya adalah sebagai wadah berkumpul dan bertukar informasi di kalangan diaspora Indonesia.
Komunitas ini berperan dalam memenuhi kebutuhan spesifik anggotanya, misalnya aspek keagamaan maupun profesional.
Firman menyebutkan bahwa komunitas di Jepang berkembang pesat, salah satunya adalah Profesional Muslim Indonesia di Jepang (PROMIA).
PROMIA merupakan komunitas yang mewadahi pekerja profesional Indonesia untuk berbagi pengalaman bagi rekan-rekan Muslim.
Selain itu, ada Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang yang menaungi individu dari berbagai latar belakang dan berfokus pada nilai Islam.
Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) turut memperkaya keberagaman komunitas Muslim di Negeri Sakura.
“Mereka berkumpul berdasarkan profesi. Misalkan sesama pemagang, lalu sesama pelajar. Kemudian sesama pekerja profesional. Tapi khusus di Tokyo lebih menyampur antara semua golongan. Contohnya KMII itu nggak ada pembatas pekerja atau mahasiswa,” ujar Firman kepada Ohayo Jepang, Sabtu (8/3/2025).
Bukan hanya itu, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), juga aktif di Jepang melalui Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang.
Seperti komunitas lainnya, PCINU bertujuan untuk memfasilitasi umat Muslim dalam beribadah, belajar ilmu agama, serta memperkuat organisasi di Jepang.
Baca juga:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)