Cita rasa yang telah dipertahankan oleh 4 generasi selama 120 tahun
Selain Sakura-ten, kelezatan mie dan kuah kaldu juga menjadi daya tarik kedai tua yang telah berdiri sejak 1897 ini.
"Walaupun mie-nya enak, bila kuahnya tidak enak tidak akan artinya. Jadi, jangan pelit dalam membuat kuah kaldu," kata generasi-generasi sebelumnya kepada generasi keempat pemilik restoran ini.
Untuk itu, mereka menggunakan kaldu muro (sejenis ikan makarel) yang banyak digunakan oleh kedai-kedai mie di area Nagoya, serta menambahkan banyak kombu (rumput laut) untuk menghasilkan kuah dengan rasa yang kental dan lezat.
Kedai yang sering beripindah pada masa Perang Dunia ini telah mengalami berbagai episode dalam sejarahnya.
Pada masa itu, mereka berjualan hanya dengan mengandalkan bahan makanan yang dipasok oleh pemerintah saja. Selain itu, kedai mereka juga pernah dua kali terbakar akibat serangan udara saat perang.
"Saya tidak akan mengakui kamu (sebagai penerus) bila tidak memiliki ambisi untuk membuka sendiri kedai Maruichi," ujar generasi keempat ini pada putranya.
Meneruskan teknik pembuatan mie ke generasi selanjutnya
Kedai Maruichi sangat yakin dengan rasa mie teuchi (mie yang dibuat dengan menggunakan tangan) yang mereka buat.
Generasi keempat sendiri adalah kepala dari perkumpulan penelitian mie teuchi Nagoya yang dibentuk dengan tujuan meneruskan teknik pembuatan mie ke generasi-generasi selanjutnya.