Masyarakat bahkan memiliki kebiasaan membagikan ude manjuu kepada tetangga sebagai bentuk kebersamaan.
Kue ini menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial, bukan hanya sekadar suguhan manis dari gandum dan anko.
Tradisi berbagi inilah yang menjaga ude manjuu tetap relevan hingga kini, meskipun zaman terus berubah.
Seiring berjalannya waktu, ude manjuu masih bertahan sebagai bagian dari identitas kuliner Saitama.
Banyak keluarga masih membuatnya di rumah, terutama saat perayaan atau acara khusus.
Selain buatan rumahan, ude manjuu juga bisa ditemukan di michi-no-eki, yaitu rest area di jalan raya yang menjual produk khas daerah.
Hal ini membuat ude manjuu lebih mudah dikenal, tidak hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga wisatawan yang singgah.
Kehadirannya di rest area juga menjadi bentuk pelestarian tradisi yang lebih modern dan terbuka.
Dengan begitu, ude manjuu tidak sekadar dikenal sebagai kue rebus dari gandum, melainkan sebagai simbol budaya yang menyatukan hasil bumi, tradisi leluhur, dan nilai kebersamaan.
Warisan sederhana ini menunjukkan bagaimana sebuah kudapan bisa bertahan, bahkan berkembang, di tengah perubahan zaman.
Disediakan oleh: Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries website (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/33_18_saitama.html)
Disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 埼玉県 うでまんじゅう" (Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/33_18_saitama.html)
Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)
View this post on Instagram