Melalui pendekatan cerita fiksi, tim pencegahan kejahatan berharap pesan pencegahan lebih mudah diterima masyarakat.
Cerita pertama dirilis pada Juni.
“K” dipilih untuk menulis karena kegemarannya membaca, meski tidak memiliki latar belakang sebagai penulis profesional.
Inspirasinya antara lain datang dari kejadian saat melihat seorang perempuan lansia yang terus meminta maaf setelah dimarahi keluarganya akibat tertipu jutaan yen.
Cerita kedua yang dirilis akhir Juli menyorot seorang mahasiswa yang menyerahkan diri setelah terlibat “pekerjaan paruh waktu gelap”.
Pekerjaan itu membuatnya menjadi kaki tangan pelaku yang memerintah dari jarak jauh untuk melakukan kejahatan dengan tingkat yang semakin serius.
“Penipu sangat pintar dalam menggunakan metode mereka,” kata K.
“Banyak orang mungkin berpikir ‘Mengapa mereka bisa tertipu?’ tetapi saya ingin orang-orang melihat cerita ini sebagai sesuatu yang bisa saja terjadi pada mereka.”
Baca juga:
© Kyodo News
View this post on Instagram