SSW atau Specified Skilled Worker (特定技能/Tokutei Ginou) kini menjadi salah satu jalur kerja yang banyak diminati oleh orang Indonesia yang ingin berkarier di Jepang.
Program ini menawarkan kesempatan bekerja lebih lama secara legal dan profesional, berbeda dengan skema magang yang hanya bersifat pelatihan.
Bekerja di Jepang sendiri menjadi impian banyak orang Indonesia karena gaji yang lebih tinggi, pengalaman internasional, dan budaya kerja yang disiplin.
Namun, tidak semua orang memahami bagaimana jalur SSW bekerja dan apa saja syaratnya.
Artikel ini akan membahas pengertian SSW, bidang pekerjaannya, perbedaan dengan program magang, tantangan yang dihadapi, serta tren terbaru di lapangan.
Baca juga:
SSW adalah status izin tinggal khusus yang diberikan Pemerintah Jepang kepada pekerja asing yang memiliki keterampilan pada bidang yang sedang kekurangan tenaga kerja.
Program ini mulai diberlakukan pada April 2019 sebagai langkah mengatasi krisis tenaga kerja, terutama di sektor yang kurang diminati pekerja lokal, seperti perawatan lansia, pertanian, konstruksi, dan industri makanan.
Berbeda dari magang, SSW langsung menempatkan pekerja sebagai staf resmi.
Pekerja memiliki kontrak kerja yang jelas, gaji setara dengan pekerja Jepang, dan hak ketenagakerjaan yang lebih kuat.
SSW cocok bagi mereka yang sudah memiliki keterampilan dasar di bidang tertentu dan siap bekerja.
Program ini juga terbuka untuk lulusan magang teknis yang ingin melanjutkan karier di Jepang.
Lulusan SMK atau perguruan tinggi dapat ikut, asalkan siap mengikuti ujian keterampilan dan bahasa Jepang.
Tipe 1 mencakup 16 bidang pekerjaan berikut:
Nursing Care — bantuan fisik, pelatihan fungsional, dan layanan pendukung.
Building Cleaning Management — pembersihan interior gedung seperti perkantoran dan ruang komersial.
Industrial Product Manufacturing — pemrosesan logam, perakitan peralatan elektronik, hingga pembuatan kerajinan.
Construction — pekerjaan sipil, konstruksi gedung, dan infrastruktur utilitas.
Shipbuilding & Marine Industry — konstruksi kapal, perawatan mesin, dan peralatan kelistrikan.
Automobile Repair & Maintenance — perawatan dan inspeksi kendaraan.
Aviation Industry — penanganan bagasi, perawatan pesawat, dan layanan darat bandara.
Accommodation Industry — resepsionis, perencanaan acara, dan layanan restoran di penginapan.
Agriculture — budidaya tanaman, panen, dan pengelolaan ternak.
Fishery & Aquaculture — penangkapan ikan, pembiakan, dan pengolahan hasil laut.
Manufacture of Food & Beverages — pengolahan makanan dan minuman non-alkohol.
Food Service Industry — persiapan makanan, pelayanan, dan manajemen toko.
Motor Vehicle Transportation Business (tambahan 2024) — sopir truk, taksi, dan bus.
Railway (tambahan 2024) — konstruksi jalur, perawatan kereta, dan operasi stasiun.
Forestry (tambahan 2024) — penanaman dan perawatan hutan, penebangan.
Wood Industry (tambahan 2024) — pemrosesan kayu di pabrik dan industri plywood.
Masa tinggal maksimal untuk Tipe 1 adalah lima tahun dan tidak mengizinkan membawa anggota keluarga.
Tipe 2 berlaku untuk bidang yang membutuhkan keahlian lebih tinggi, saat ini hanya di sektor konstruksi dan perkapalan.
Kategori ini memungkinkan pekerja membawa keluarga dan memberi peluang untuk mengajukan izin tinggal jangka panjang atau Permanent Residency.
Perbedaan antara SSW dan Technical Intern Training Program (TITP) cukup signifikan.
Aspek | Magang (TITP) | SSW (Tokutei Ginou) |
---|---|---|
Tujuan Program | Pelatihan teknis | Pekerjaan formal |
Status Imigrasi | Trainee | Pekerja terampil |
Gaji | Bisa lebih rendah dari standar lokal | Setara pekerja Jepang |
Durasi Tinggal | Maksimal 5 tahun (bertahap) | SSW Tipe 1: 5 tahun / SSW Tipe 2: tanpa batas |
Keluarga yang Menyertai | Tidak diizinkan | SSW Tipe 2: diizinkan |
Ujian Masuk | Tidak ada (melalui agen) | Wajib lulus ujian keterampilan dan bahasa |
Di skema magang, posisi tawar pekerja cenderung lemah, kontrak sering tidak jelas, dan ada risiko jam kerja berlebihan.
SSW memberi perlindungan hukum yang lebih kuat karena statusnya sebagai pekerja formal.
Meski SSW menawarkan banyak keuntungan, jalur ini tidak selalu mudah diakses.
Salah satu tantangan adalah kurangnya informasi resmi yang jelas, sehingga banyak calon pekerja masih bingung membedakan SSW dan magang.
Ujian keterampilan dan bahasa Jepang juga menjadi hambatan, apalagi bagi yang belum terbiasa dengan bahasa tersebut.
Biaya persiapan seperti kursus, dokumen, dan ujian tetap menjadi beban, terutama bagi calon pekerja dari daerah.
Setelah tiba di Jepang, beberapa pekerja SSW menghadapi kendala administratif.
Beberapa di antaranya seperti mengurus asuransi, rekening bank, atau perpanjangan visa, jika tidak mendapat bantuan pihak ketiga.
Indonesia menjadi salah satu negara pengirim terbesar, terutama di sektor perawatan lansia dan manufaktur.
Laporan dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menyebutkan, pemerintah aktif mempromosikan penempatan tenaga kerja ke Jepang melalui jalur SSW.
Program ini dinilai lebih manusiawi dan memiliki prospek jangka panjang yang lebih baik.
Pemerintah juga bekerja sama dengan otoritas Jepang untuk membuka lebih banyak pusat ujian dan pelatihan di Indonesia.
SSW menjadi peluang bagi warga Indonesia yang ingin bekerja di Jepang secara profesional dan terhormat.
Jalur ini memang menuntut persiapan yang lebih serius dibanding program magang, terutama dalam keterampilan dan penguasaan bahasa.
Semakin banyak pekerja Indonesia yang mulai melihat SSW sebagai pilihan yang lebih baik, meski prosesnya menantang.
Dengan informasi yang tepat dan persiapan yang matang, SSW bisa menjadi pintu menuju karier yang lebih stabil dan menguntungkan di Jepang.
Sumber:
Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)
View this post on Instagram