Jumlah penduduk Jepang per 1 Januari 2025 tercatat sekitar 124,3 juta jiwa, termasuk warga negara asing.
Angka ini lebih kecil dibandingkan total penduduk Pulau Jawa yang mencapai 156,9 juta jiwa per 10 Juni 2025, berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS).
Jika hanya menghitung warga negara Jepang, jumlahnya bahkan lebih rendah, yaitu 120.653.227 jiwa.
Ini menunjukkan bahwa Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang jauh melampaui seluruh Jepang, meskipun luas wilayahnya jauh lebih kecil.
Melansir Kyodo News (6/8/2025), penurunan jumlah penduduk Jepang ini menjadi yang terbesar sejak pencatatan dimulai pada 1968.
Baca juga:
Berdasarkan survei demografi dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, populasi warga negara Jepang terus menurun selama 16 tahun berturut-turut.
Sepanjang 2024, jumlah penduduk asli Jepang berkurang sekitar 908.000 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya.
Selama tahun yang sama, Jepang hanya mencatat 687.689 kelahiran, yang merupakan angka terendah dalam sejarah negara tersebut.
Di sisi lain, jumlah kematian mencapai 1,59 juta jiwa, yang juga menjadi rekor tertinggi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah kematian hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan angka kelahiran.
Penurunan populasi terjadi di berbagai daerah, terutama di wilayah pedesaan dan daerah utara Jepang.
Sementara itu, arus perpindahan penduduk ke kota besar seperti Tokyo tetap tinggi.
Meski jumlah warga negara Jepang menurun, jumlah penduduk asing di Jepang justru meningkat cukup tajam.
Per 1 Januari 2025, jumlah penduduk asing mencapai 3.677.463 jiwa, naik 354.089 jiwa atau 10,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini menjadi yang tertinggi sejak pencatatan penduduk asing dimulai pada 2013.
Sebanyak 85,77 persen warga asing berada pada kelompok usia produktif dan mengisi kekurangan tenaga kerja di Jepang.
Prefektur Hokkaido mencatat peningkatan tertinggi dalam jumlah warga asing, yaitu sebesar 19,57 persen.
Namun, meningkatnya jumlah penduduk asing juga memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat Jepang.
Beberapa partai politik seperti Sanseito memperoleh dukungan lebih besar dengan mengusung wacana pembatasan imigrasi dan slogan "Japan First".
Partai tersebut mendapat lonjakan suara dalam pemilu Majelis Tinggi Jepang pada Juli 2024.
Sebagian besar wilayah Jepang mengalami penurunan jumlah penduduk pada 2024.
Secara keseluruhan, hanya Tokyo dan Prefektur Chiba yang mencatat pertumbuhan jumlah penduduk, termasuk warga asing.
Tokyo juga menjadi satu-satunya wilayah yang mencatat peningkatan jumlah warga negara Jepang, meskipun hanya sebesar 0,13 persen.
Sementara itu, Prefektur Akita mengalami penurunan populasi tertinggi sebesar 1,91 persen.
Disusul oleh Prefektur Aomori sebesar 1,72 persen, dan Prefektur Kochi sebesar 1,71 persen.
Penurunan penduduk secara nasional mencapai 0,75 persen dalam satu tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa tren penyusutan populasi tidak hanya terjadi di daerah terpencil, tetapi juga merata di hampir seluruh wilayah Jepang.
Struktur demografi Jepang menunjukkan tren penuaan penduduk yang semakin nyata.
Warga berusia 65 tahun ke atas kini mencakup 29,58 persen dari total penduduk Jepang.
Sementara itu, kelompok usia produktif 15 hingga 64 tahun mencakup 59,04 persen dari populasi.
Keduanya mengalami peningkatan kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, tren ini mempertegas tantangan Jepang dalam menjaga keseimbangan demografi di masa depan.
Penurunan angka kelahiran dan peningkatan usia lanjut menciptakan beban sosial dan ekonomi yang tidak ringan.
Pemerintah Jepang masih mencari kebijakan yang efektif untuk membalikkan arah tren tersebut.
Sumber:
View this post on Instagram