Ramalan manga Jepang The Future I Saw karya Ryo Tatsuki kembali mencuat setelah gempa besar mengguncang lepas pantai Rusia dan mengakibatkan tsunami di Jepang.
Gempa terjadi pada Rabu (30/7/2025) dengan magnitudo 8,8 menurut United States Geological Survey (USGS).
Melansir Kyodo News (31/7/2025) gelombang tsunami sempat terdeteksi di lebih dari 10 lokasi di Jepang.
Gelombang setinggi 70 sentimeter terpantau pada Kamis pagi, menyusul gelombang setinggi 1,3 meter yang tercatat sehari sebelumnya di Pelabuhan Kuji, Prefektur Iwate.
Gempa dan tsunami ini menggugah kecemasan banyak orang karena dianggap sesuai dengan ramalan dalam komik The Future I Saw yang telah memicu keresahan sejak lama.
Isi komik tersebut menggambarkan bencana besar yang disebut-sebut akan terjadi pada Juli 2025.
Komik The Future I Saw sempat viral setelah menyebut kemungkinan gempa besar di Jepang pada Juli 2025.
Dalam cerita komik tersebut, digambarkan adanya retakan di dasar laut antara Jepang dan Filipina yang dapat memicu tsunami hingga ke Indonesia dan Kepulauan Mariana Utara.
Kini, sosok Ryo Tatsuki kembali menjadi sorotan dan dijuluki sebagai “Baba Vanga baru” atau "new Baba Vanga" karena isi komiknya dianggap mencerminkan bencana yang terjadi.
Baca juga:
Sebelum gempa besar dari Rusia, komik The Future I Saw juga sempat dikaitkan dengan serangkaian gempa di Kepulauan Tokara, Jepang.
Gempa berkekuatan 5,4 mengguncang wilayah tersebut pada Sabtu (5/7/2025) pukul 06.29 waktu setempat, dengan kedalaman sekitar 19 kilometer.
Mengutip Kyodo News (5/7/2025), Badan Meteorologi Jepang tidak mengeluarkan peringatan tsunami, tetapi mencatat peningkatan aktivitas seismik di wilayah itu sejak 21 Juni 2025.
Hingga awal Juli, tercatat lebih dari 1.300 gempa terjadi di wilayah tersebut, termasuk gempa sebelumnya berkekuatan 5,5.
Kala itu, publik juga mengaitkan kejadian tersebut dengan isi komik The Future I Saw.
Setelah gempa mengguncang Kepulauan Tokara pada 5 Juli 2025, JMA memberikan pernyataan resmi untuk meredam spekulasi yang berkembang di media sosial.
Perwakilan Badan Meteorologi Jepang Ayataka Ebita menjelaskan bahwa tidak ada kaitan antara gempa dan isi komik karya Ryo Tatsuki.
“Ini murni kebetulan. Tidak ada hubungan sebab-akibat,” ujar Ebita dalam konferensi pers, dikutip dari Kyodo News.
Ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi waktu dan lokasi gempa bumi secara akurat.
JMA juga mengingatkan bahwa Jepang merupakan wilayah rawan gempa sehingga masyarakat perlu tetap waspada setiap saat, terlepas dari adanya ramalan atau prediksi.
Sementara itu, Ryo Tatsuki memberikan klarifikasi pada 28 Juni 2025 bahwa ramalan dalam komiknya tidak dapat dianggap sebagai kepastian.
Ia menyatakan bahwa hal besar belum tentu akan terjadi, meskipun sudah banyak yang menafsirkan isi komiknya secara literal.
Kekhawatiran terhadap ramalan komik turut memengaruhi keputusan warga Hong Kong dalam bepergian.
Salah satunya adalah German Cheung, dosen hubungan internasional berusia 47 tahun yang tinggal di Kyoto.
Cheung memutuskan pulang ke Hong Kong menjelang awal Juli, sehari sebelum tanggal yang disebut dalam ramalan komik.
Ia membeli tiket pulang pergi seharga 35.000 yen (sekitar Rp 4 juta) sebagai langkah berjaga-jaga.
“Lebih mudah untuk menghindari Jepang di bulan Juli, setidaknya dari sudut pandang warga Hong Kong,” ujarnya.
Meski tidak semua orang bersikap sama, ia memilih tidak mengambil risiko, terutama setelah ramalan terus diperbincangkan sejak awal tahun.
Efek kekhawatiran ini dirasakan langsung oleh pelaku usaha pariwisata.
Data Japan National Tourism Organization menunjukkan penurunan jumlah wisatawan asal Hong Kong ke Jepang pada Mei 2025.
Angkanya turun 11,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi 193.100 orang.
Hong Kong menjadi satu-satunya pasar utama yang mencatat penurunan kunjungan pada bulan tersebut.
WWPKG, agen perjalanan asal Hong Kong yang fokus pada tur ke Jepang, mencatat penurunan pemesanan hingga 50 persen sejak April.
Direktur Utama WWPKG, Yuen Chun-ning, bahkan memperkirakan penurunan dapat mencapai 80 persen pada periode Juni hingga Agustus jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Tak hanya biro perjalanan, maskapai penerbangan juga turut menyesuaikan operasional mereka.
Setidaknya dua maskapai asal Hong Kong telah mengurangi atau menghentikan sementara penerbangan ke beberapa kota di Jepang, seperti Fukuoka, Sendai, Nagoya, Sapporo, Yonago, Tokushima, Kagoshima, dan Kumamoto.
Menurut Yuen, kombinasi isi komik, pernyataan ahli feng shui, dan penyebaran di media sosial menjadi faktor utama penyebab kekhawatiran yang berujung pada penurunan kunjungan wisatawan.
© Kyodo News
View this post on Instagram