Sebagian pemilih konservatif kini mulai melirik partai Sanseito, partai populis sayap kanan dengan slogan “Japanese First”.
Meski agenda mereka kerap dikritik sebagai xenofobik, Sanseito berhasil meningkatkan kursi di Majelis Tinggi dari hanya dua menjadi 14.
Jumlah ini cukup untuk mulai mengajukan rancangan undang-undang di parlemen.
Semua partai oposisi besar tegas menolak wacana bergabung dengan kubu pemerintah.
Yuichiro Tamaki, pemimpin Democratic Party for the People, menyebut wacana berkoalisi dengan LDP dan Komeito sebagai “di luar pembahasan.”
Padahal sebelumnya, partai ini sempat terlibat koordinasi kebijakan dengan pemerintah. Kini mereka memegang 17 kursi, naik dari sembilan.
Partai oposisi utama lain, seperti Constitutional Democratic Party of Japan (CDPJ) dan Japan Innovation Party (JIP), juga memilih sikap serupa.
CDPJ kini memegang 22 kursi, turun dari 38, sementara JIP mengantongi tujuh kursi, turun dari 18.
Penurunan ini tetap tak menghentikan semangat oposisi untuk berdiri sebagai penyeimbang.
Majelis Tinggi Jepang memiliki 248 kursi, dengan masa jabatan enam tahun.