Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Payung dalam Budaya Jepang Bukan Sekadar Pelindung Hujan

Kompas.com - 29/06/2025, 12:05 WIB

Di Jepang, payung atau kasa (傘) bukan hanya alat pelindung dari hujan atau terik matahari.

Payung memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian penting dari seni, simbol budaya, serta kehidupan masyarakat Jepang sejak berabad-abad lalu.

Baca juga:

Ilustrasi perempuan memakai payung saat cuaca panas terik.
Ilustrasi perempuan memakai payung saat cuaca panas terik.

Sejarah Payung di Jepang

Payung pertama kali masuk ke Jepang dari China sekitar 1.500 tahun lalu, tepatnya pada masa Heian (794-1185).

Saat itu, masyarakat mengenalnya sebagai kinugasa, yaitu payung mewah berbahan sutra yang dibentangkan di atas rangka kayu.

Kalangan aristokrat menggunakan kinugasa sebagai simbol kekuasaan, dan biasanya dibawa oleh para pelayan untuk melindungi mereka dari matahari.

Kemudian, lahirlah wagasa (和傘) yaitu payung tradisional Jepang yang terbuat dari bambu dan kertas washi berlapis minyak.

Pada awalnya, wagasa hanya digunakan kalangan ningrat.

Namun, saat memasuki periode Edo (1603-1868), payung ini mulai digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai upacara adat.

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.