Menurut Meiji Yasuda Research Institute, sekitar tiga juta wisatawan asing atau 8,1 persen dari 36,87 juta pengunjung, diperkirakan mengunjungi tempat yang terkait dengan film atau anime pada 2024.
Angka ini menunjukkan peningkatan dari 4,8 persen atau sekitar 1,15 juta dari 24,04 juta wisatawan, yang melakukannya pada 2016.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa total pembelian barang-barang terkait anime dan manga diperkirakan mencapai 54,3 miliar yen (sekitar Rp 6,1 triliun) tahun lalu, naik 53 persen dari 2016.
Industri anime Jepang terus berkembang, dengan total belanja konsumen secara global mencapai lebih dari 3 triliun yen (sekitar Rp 337,33 triliun) pada 2023.
Melansir Kyodo News (21/6/2025), film animasi juga memimpin pendapatan box office domestik Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga:
Berkunjung ke lokasi anime dan manga dikenal sebagai seichi junrei yang secara harfiah berarti "ziarah suci".
Fans anime dan manga mengunjungi tempat yang menjadi inspirasi atau latar nyata bagi karya populer.
Tren ini menjadi menonjol setelah kesuksesan film anime Jepang Your Name pada 2016.
Salah satu destinasi populer di kalangan penggemar asing adalah Kuil Homangu Kamado di Prefektur Fukuoka.
Lokasi ini dihubungkan dengan seri anime dan manga Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba.
Menurut Takafumi Fujita, seorang ekonom di Meiji Yasuda Research, prefektur di barat daya Jepang itu menempati peringkat kelima secara nasional dalam jumlah kunjungan wisatawan asing.
Popularitas konten Jepang di luar negeri, termasuk gim dan film, berpotensi mengurangi defisit perdagangan digital negara yang cukup besar.
Jepang tercatat mengalami defisit perdagangan digital sebesar 6,8 triliun yen (Rp 337,33 triliun) pada 2024.
Hal ini disebabkan oleh ketergantungan perusahaan domestik pada teknologi yang disediakan oleh raksasa teknologi informasi asal Amerika Serikat.
Namun, laporan tersebut menyatakan bahwa ekspor konten hiburan Jepang yang mencapai 4,7 triliun yen (sekitar Rp 528 triliun) pada 2022, dapat mengimbangi sebagian besar defisit jika industri ini terus tumbuh.
Di sisi lain, manfaat ini dihadapkan pada beberapa tantangan.
Fujita mengatakan bahwa pemerintah daerah perlu mengatasi masalah pariwisata berlebih yang memengaruhi kehidupan warga yang tinggal di dekat lokasi wisata populer.
"Untuk mengakomodasi sejumlah besar wisatawan, termasuk dari luar negeri, pemerintah daerah perlu mengembangkan sistem untuk menawarkan dukungan multibahasa dan melatih sukarelawan pariwisata lokal," kata Fujita.
© Kyodo News
View this post on Instagram