Tenaga kerja Indonesia di bidang teknologi informasi (information technology/IT) punya peluang besar untuk berkarier di Jepang.
Meski jumlah profesional asal Indonesia di sektor ini masih tergolong kecil, sejumlah keunggulan membuat perusahaan Jepang mulai melirik talenta IT dari Tanah Air.
Yuichiro Sasaki, pendiri perusahaan media dan teknologi VRIGroup, menjelaskan bahwa performa tenaga kerja Indonesia di bidang IT sudah setara dengan negara-negara seperti India, China, dan Vietnam.
Namun, ada beberapa alasan khusus yang membuat perusahaan Jepang mempertimbangkan lebih serius tenaga kerja asal Indonesia.
Baca juga:
Salah satu alasan utamanya adalah ekspektasi gaji yang relatif lebih rendah dibandingkan tenaga kerja asal China dan India, meski kemampuan teknisnya sebanding.
“China adalah salah satu negara yang performanya tinggi di dunia, tetapi juga memiliki ‘harga’ tinggi untuk IT,” ujar Sasaki dalam acara Work in IT Industry in Japan yang digelar oleh PPI Jepang, Selasa (27/5/2025).
Sasaki menyebut, SDM asal Indonesia memiliki kualitas yang cukup mumpuni.
Bahkan bisa disejajarkan dengan tenaga kerja asal Vietnam yang kini mendominasi pasar kerja IT di Jepang.
Alasan lain yang memperkuat peluang ini adalah pesatnya pertumbuhan industri teknologi di Indonesia.
Termasuk ditandai dengan kemunculan berbagai startup besar seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan OVO.
“Indonesia memiliki banyak unicorn seperti yang saya sebutkan, walaupun perkembangannya masih di bawah China dan India,” ungkap Sasaki.
Kemajuan tersebut menunjukkan bahwa talenta IT Indonesia punya pengalaman praktis dan adaptasi teknologi yang kuat.
Hal itu tentunya menjadi modal penting untuk bersaing di pasar global, termasuk Jepang.
Meski punya banyak keunggulan, Sasaki juga menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia, salah satunya adalah kemampuan Bahasa Inggris yang masih di bawah Filipina dan India.
“Negara yang bisa berbahasa Inggris seperti Filipina dan India lebih mudah diterima karena perusahaan tidak perlu mengambil penerjemah,” kata Sasaki.
Selain itu, rekam jejak (track record) tenaga kerja profesional asal Indonesia di Jepang juga masih terbatas.
Berdasarkan data yang dipaparkan Sasaki, profesional IT asal Indonesia hanya mengisi kurang dari dua persen dari total tenaga kerja asing di sektor tersebut.
Hal ini berbeda dengan Vietnam yang sudah memiliki jaringan profesional luas di Jepang dan lebih dipercaya oleh perusahaan setempat.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram