Termasuk ditandai dengan kemunculan berbagai startup besar seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan OVO.
“Indonesia memiliki banyak unicorn seperti yang saya sebutkan, walaupun perkembangannya masih di bawah China dan India,” ungkap Sasaki.
Kemajuan tersebut menunjukkan bahwa talenta IT Indonesia punya pengalaman praktis dan adaptasi teknologi yang kuat.
Hal itu tentunya menjadi modal penting untuk bersaing di pasar global, termasuk Jepang.
Meski punya banyak keunggulan, Sasaki juga menyoroti beberapa tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia, salah satunya adalah kemampuan Bahasa Inggris yang masih di bawah Filipina dan India.
“Negara yang bisa berbahasa Inggris seperti Filipina dan India lebih mudah diterima karena perusahaan tidak perlu mengambil penerjemah,” kata Sasaki.
Selain itu, rekam jejak (track record) tenaga kerja profesional asal Indonesia di Jepang juga masih terbatas.
Berdasarkan data yang dipaparkan Sasaki, profesional IT asal Indonesia hanya mengisi kurang dari dua persen dari total tenaga kerja asing di sektor tersebut.
Hal ini berbeda dengan Vietnam yang sudah memiliki jaringan profesional luas di Jepang dan lebih dipercaya oleh perusahaan setempat.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram