Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Di Balik Topeng Cosplayer, Stigma Sosial dan Cyberbullying yang Ancam Kesehatan Mental

Kompas.com - 05/06/2025, 23:05 WIB

Psikolog Adityana Kasandra Putranto menjelaskan sejumlah tantangan psikologis yang mungkin dialami oleh cosplayer, terutama berkaitan dengan lingkungan sosial dan persepsi masyarakat.

Ia yang juga mantan cosplayer ini menyampaikan bahwa para penggemar kostum anime Jepang kerap kali menghadapi stigma sosial.

“Cosplayer sering dianggap tidak dewasa atau aneh oleh masyarakat umum, yang bisa menurunkan rasa percaya diri dan membuat mereka menyembunyikan hobinya,” ujarnya kepada Ohayo Jepang, Sabtu (24/5/2025).

Tekanan penampilan yang dituntut dari karakter anime juga menimbulkan tantangan psikologis.

Kasandra menilai, memakai kostum karakter yang tidak cocok secara fisik bisa memicu rasa kurang percaya diri.

“Tuntutan untuk tampil seperti karakter ideal dapat memicu masalah citra tubuh dan rasa tidak percaya diri, terutama jika merasa “tidak cocok” secara fisik,” kata dia.

Keinginan untuk tampil sempurna tersebut bisa berujung pada stres, kelelahan, dan bahkan burnout, terutama saat mempersiapkan acara atau kompetisi.

Bukan hanya itu, kasus cyberbullying juga kerap dilontarkan kepada cosplayer yang terkadang memakai karakter dari gender lain (crossplay) atau bahkan disebut tidak cocok dalam memerankan salah satu sosok di anime.

“Komentar negatif atau pelecehan di media sosial bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi,” ujar Kasandra.

Baca juga:

Ilustrasi cosplayer memakai kostum karakter favorit mereka.
Ilustrasi cosplayer memakai kostum karakter favorit mereka.

Terakhir, masalah kurangnya penerimaan di luar komunitas cosplay dapat membuat cosplayer merasa terasing atau tidak dimengerti.

Namun demikian, menjadi cosplayer juga bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan jati diri seseorang.

Kasandra menilai, kegiatan cosplay memberi individu kesempatan untuk menjelajahi dan mengekspresikan aspek identitas yang mungkin sulit ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Misalnya, seseorang yang pemalu bisa merasa lebih percaya diri saat memerankan karakter yang karismatik atau kuat,” ujarnya.

Aktivitas menjadi cosplayer dapat memberikan sejumlah dampak psikologis positif, terutama dalam hal kesehatan mental dan pembentukan identitas. 

“Mengenakan kostum karakter yang dikagumi sering kali membuat individu merasa lebih kuat, berani, atau menarik,” tuturnya.

Hal ini juga yang eks cosplayer asal Malang, Hilky (31), yang menyebut bahwa dengan memerankan karakter anime kesukaannya membantu menyalurkan ekspresi diri.

"Kalau aku merasa cosplay ini bisa membantu orang untuk lebih percaya diri ya, karena cosplay ini salah satu bentuk ekspresi seni juga, jadi cosplayer juga pastinya enggak cuma sekadar berkostum, tapi mencari tahu karakter apa yang cocok sama dirinya," ujar Hilky kepada Ohayo Jepang.

"Bahkan ada orang-orang yang niat sampai olahraga atau workout supaya bisa memerankan karakter idamannya," lanjutnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa apresiasi orang lain saat dirinya melakukan cosplay juga bisa menjadi salah satu dukungan yang membuatnya lebih percaya diri.

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.