Psikolog Adityana Kasandra Putranto menjelaskan sejumlah tantangan psikologis yang mungkin dialami oleh cosplayer, terutama berkaitan dengan lingkungan sosial dan persepsi masyarakat.
Ia yang juga mantan cosplayer ini menyampaikan bahwa para penggemar kostum anime Jepang kerap kali menghadapi stigma sosial.
“Cosplayer sering dianggap tidak dewasa atau aneh oleh masyarakat umum, yang bisa menurunkan rasa percaya diri dan membuat mereka menyembunyikan hobinya,” ujarnya kepada Ohayo Jepang, Sabtu (24/5/2025).
Tekanan penampilan yang dituntut dari karakter anime juga menimbulkan tantangan psikologis.
Kasandra menilai, memakai kostum karakter yang tidak cocok secara fisik bisa memicu rasa kurang percaya diri.
“Tuntutan untuk tampil seperti karakter ideal dapat memicu masalah citra tubuh dan rasa tidak percaya diri, terutama jika merasa “tidak cocok” secara fisik,” kata dia.
Keinginan untuk tampil sempurna tersebut bisa berujung pada stres, kelelahan, dan bahkan burnout, terutama saat mempersiapkan acara atau kompetisi.
Bukan hanya itu, kasus cyberbullying juga kerap dilontarkan kepada cosplayer yang terkadang memakai karakter dari gender lain (crossplay) atau bahkan disebut tidak cocok dalam memerankan salah satu sosok di anime.
“Komentar negatif atau pelecehan di media sosial bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi,” ujar Kasandra.