Estimasi ini diikuti oleh proyeksi dampak terbaru dari Kantor Kabinet pada Maret, yang menyebutkan bahwa gempa dan tsunami besar di Palung Nankai bisa menyebabkan hingga 298.000 kematian di Jepang.
Meski merupakan pembaruan rutin dari proyeksi tahun 2014, estimasi tersebut tampaknya telah memicu kekhawatiran di kalangan wisatawan.
Maskapai Greater Bay Airlines yang berbasis di Hong Kong telah mengurangi jumlah penerbangan ke wilayah Tokushima, Jepang selatan.
Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat pariwisata setempat kepada AFP.
“Perusahaan mengatakan bahwa permintaan menurun drastis akibat rumor akan terjadinya gempa dan tsunami besar di Jepang pada musim panas ini.”
“Tiga penerbangan pulang-pergi per minggu akan dikurangi menjadi dua penerbangan per minggu, terhitung mulai 12 Mei hingga 25 Oktober,” tambahnya.
Maskapai tersebut juga memangkas frekuensi penerbangan ke Sendai di wilayah Miyagi, Jepang utara.
Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, mengimbau wisatawan untuk tidak khawatir, seraya menambahkan bahwa masyarakat Jepang sendiri tidak meninggalkan daerah tersebut.
Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, jumlah wisatawan asal Hong Kong pada Maret 2025 mencapai 208.400 orang, turun hampir 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, penurunan ini juga dipengaruhi oleh pergeseran jadwal libur Paskah, yang pada tahun ini dimulai pertengahan April, bukan Maret seperti tahun lalu.
Direktur Eksekutif EGL Tours, Steve Huen Kwok-chuen, mengatakan belum melihat penurunan signifikan dalam jumlah pelanggan yang bepergian ke Jepang.
Namun, data pemesanan di dua hotel milik mereka di Jepang menunjukkan adanya penurunan jumlah tamu asal Hong Kong, sementara tamu dari negara lain tetap stabil.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram