Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Rela Tinggalkan Pekerjaan di Indonesia, WNI Ini Pilih Jadi Perawat Lansia di Jepang

Kompas.com - 23/05/2025, 09:25 WIB

Ada berbagai pertimbangan yang diambil saat memutuskan untuk bekerja di luar negeri, seperti Agsia Inas Julietta (25) yang memilih meniti karier sebagai kaigo atau perawat lansia di Jepang.

Ia menceritakan kepada Ohayo Jepang, Jumat (16/5/2025), bahwa dirinya rela meninggalkan profesinya sebagai bidan di sebuah klinik bersalin di kampung halamannya.

Agsia telah menjadi bidan selama dua tahun.

Keputusan itu diambil karena pekerjaan tersebut tidak memberikan penghasilan yang cukup secara finansial.

Ia memilih mencari peluang yang lebih menjanjikan di Jepang.

“Waktu dulu aku di bidan, aku kayak benar-benar enggak tidur, aku hidup untuk pasien aku. Di sisi lain aku tidak merasakan kemakmuran,” ujarnya.

Saat ini Agsia telah bekerja selama satu tahun lebih di panti disabilitas (shōgaisha shisetsu) di Prefektur Nara, Jepang.

Ia berharap, dengan memilih bekerja Tokutei Ginou di Jepang akan membuat kehidupan ekonominya menjadi lebih baik.

“Dari segi ekonomi. aku kayak berharap ketika aku ke Jepang, aku berharap aku bisa lebih saja sih,” ungkapnya.

Agsia berencana mengikuti ujian nasional guna memperoleh lisensi resmi sebagai kaigofukushishi alias perawat lansia bersertifikat di Jepang.

Sertifikasi itu dapat meningkatkan status dan jenjang profesionalnya di bidang tersebut.

“Ketika mendapat ini, nanti kita sudah setara sama orang Jepang dan visa kita permanen, aku pengin panjang (tinggal lama) di Jepang dan tidak ada keinginan untuk sekarang balik ke Indonesia,” kata Agsia.

Jika berhasil meraih status kaigofukushishi, maka ia berpeluang mendapatkan gaji sekitar Rp 30 juta per bulan, sebanding dengan tenaga kerja lokal di Jepang.

Baca juga:

Agsia Inas Julietta (25 dan Kukuh (26) menceritakan alih profesi ketika memutuskan bekerja ke Jepang.
Agsia Inas Julietta (25 dan Kukuh (26) menceritakan alih profesi ketika memutuskan bekerja ke Jepang.

Cerita senada juga disampaikan oleh Kukuh (26) yang menjadi kaigo di panti khusus demensia di Prefektur Fukuoka, Jepang.

Ia sebelumnya berprofesi sebagai guru privat di sebuah lembaga pendidikan di Ibu Kota.

“Saya mengajar dari rumah ke rumah, di lembaga, dari SD sampai SMP semua pelajaran, kayaknya ada selama 5 tahun,” ujar dia.

Kukuh, yang telah bekerja di Jepang selama lebih dari satu tahun, menyampaikan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk kembali bekerja di Indonesia.

Sebaliknya, ia memilih untuk melanjutkan kariernya di Jepang dengan mengikuti ujian nasional.

Ia berharap dapat memperoleh izin tinggal permanen di masa depan.

“Kalau bisa sih di Jepang, karena sudah menyesuaikan budaya sekarang,” ungkapnya.

Selama menjalani pekerjaannya di Jepang, Kukuh berhasil mewujudkan beberapa impiannya, seperti membeli barang atau aset berharga yang selama ini ia dambakan.

Sesuatu yang sebelumnya sulit dicapai jika mengandalkan penghasilan di Indonesia.

“Beli emas, beli motor, salah satunya lagi mungkin kayak beli gadget-gadget gitu kan,” ujar Kukuh.

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.