Namun demikian, 64,8 persen perusahaan mengatakan mereka merekrut pekerja asing karena kekurangan tenaga kerja lokal.
Persentase itu berasal dari survei yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang pada 2024.
Maret lalu, NHK menemui Yoshimizu mengunjungi seorang pria Vietnam berusia 33 tahun yang kehilangan pekerjaan dan belum dibayar selama tiga bulan.
Yoshimizu menyarankan ia mengubah jenis visa agar bisa mencari kerja lain. Tapi ia menolaknya karena visa ini memungkinkan istrinya tetap tinggal di Jepang.
"Saya hanya butuh pekerjaan. Pekerjaan apa pun akan saya lakukan asal ada yang mau mempekerjakan," kata pria itu.
Konsultan tenaga kerja asing, Ikebe Shoichiro, mengatakan masalah ini meningkat sejak pemerintah memperketat aturan program magang teknis.
Akibatnya, beberapa perusahaan beralih ke visa pekerja terampil karena lebih mudah dan minim pengawasan.
"Beberapa perusahaan memanfaatkan celah dalam sistem ini," kata Ikebe.
Banyak pekerja Vietnam membayar mahal kepada calo, tapi malah diberi pekerjaan yang tak sesuai keahlian.
Sementara itu, Badan Layanan Imigrasi Jepang mengakui adanya masalah seperti gaji tidak dibayar dan ketidaksesuaian pekerjaan.
Mereka mempertimbangkan inspeksi lapangan ke perusahaan yang diduga melanggar aturan.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram