Baca juga:
Salah satu klien Yoshimizu datang ke Jepang sebagai pekerja terampil, setelah membayar lebih dari 7.000 dollar Amerika Serikat (AS) ke perantara.
Tapi perusahaan justru menugaskannya untuk membersihkan restoran dan hotel.
Setelah itu, ia tidak diberi pekerjaan sama sekali, dan tak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Ia mengatakan ini bisa termasuk pelanggaran hukum.
Yoshimizu menyoroti kurangnya sistem dukungan bagi pemegang visa pekerja terampil.
Visa ini tidak mensyaratkan kemampuan Bahasa Jepang tinggi, dan banyak pemegangnya tidak bisa berbahasa Jepang sama sekali.
Dilansir The Japan Times, (26/12/2024), 44,8 persen perusahaan Jepang menyebut bahwa kendala komunikasi, terutama karena kemampuan bahasa Jepang yang terbatas, menjadi tantangan utama dalam mempekerjakan tenaga kerja asing.
Namun demikian, 64,8 persen perusahaan mengatakan mereka merekrut pekerja asing karena kekurangan tenaga kerja lokal.
Persentase itu berasal dari survei yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang pada 2024.