Bowo, yang resmi mendirikan JIDS sejak 5 Agustus 2024, mengungkapkan bahwa peluang untuk menjadi sopir bus di Jepang sangat besar.
Terutama karena sektor pekerjaan ini tergolong baru dibuka bagi tenaga kerja asal Indonesia.
Jepang saat ini menghadapi kekurangan tenaga kerja di sektor transportasi, termasuk sopir bus.
Hal ini disebabkan oleh populasi yang menua dan rendahnya minat generasi muda lokal untuk bekerja di sektor ini.
Permasalahan itu mendorong perusahaan Jepang untuk merekrut tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia.
Perusahaan otobus Jepang yang bermitra dengan JIDS tidak menetapkan batas usia terlalu ketat.
Bahkan, calon pekerja yang usianya tergolong tua tetap memiliki kesempatan untuk mendaftar.
"Karena program SSW ini istilahnya umurnya itu bisa sampai 45, bahkan yang terakhir itu yang sudah ada yang diterima ada yang umur 48 tahun," ujar Bowo.
Usia tidak menjadi batasan apabila calon pekerja sehat jasmani yang dibuktikan dengan lolos MCU dan memiliki pengalaman mengemudi yang mendukung.
“Jadi istilahnya market-nya itu lebih besar. Kalau biasanya ke luar negeri usia 30 kebanyakan, ini usia 30 ke atas pun sangat memungkinkan,” tambahnya.
JIDS saat ini merupakan sekolah pelatihan driver pertama di luar Jepang.
Sekolah ini masih satu grup dengan LPK Hiro Karanganyar yang sudah menjadi Sending Organization (SO) selama 15 tahun.
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram