Baca juga:
Meskipun terdapat sisi positif yang membuat pekerja Indonesia dinilai baik di Jepang, namun ada beberapa hal yang kerap menjadi sumber permasalahan selama mereka bekerja.
Menurut Ketua LPK Harajuku, Rawin, sejumlah perusahaan di Jepang terkadang menyampaikan keluhan terkait kinerja Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mereka pekerjakan.
“Pasti itu terjadi (pengaduan), baik itu penempatan pemerintah maupun swasta itu beberapa kasus ada yang keluhan dari perusahaan,” ujar Rawin saat dihubungi Ohayo Jepang, Senin (14/4/2025).
Menurut Rawin, kemampuan berbahasa Jepang sangat penting untuk dimiliki oleh para pekerja, bahkan untuk pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan teknis khusus.
"Karena tidak paham apa yang disampaikan perusahaan, misalkan, diminta mengambil palu ternyata yang diambil benda lain,” katanya.
Ia juga menyoroti bahwa salah satu persoalan yang cukup serius adalah kurangnya kedisiplinan di kalangan pekerja.
Padahal, kedisiplinan merupakan nilai yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kerja maupun kehidupan sehari-hari di Jepang.
“Dari sisi waktu, karena Jepang identik dengan disiplin, ada peserta terlambat, itu juga sampai disidang ya, ‘ini kalau kejadian lagi ini bisa dipulangkan’” ungkap Rawin.
Bowo, yang resmi mendirikan JIDS sejak 5 Agustus 2024, mengungkapkan bahwa peluang untuk menjadi sopir bus di Jepang sangat besar.
Terutama karena sektor pekerjaan ini tergolong baru dibuka bagi tenaga kerja asal Indonesia.