Di sekolah yang tidak menyediakan kyuushoku, siswa membawa bekal sendiri dalam bentuk bento (弁当), yaitu makanan rumahan yang dikemas dalam kotak makan.
Bento sering ditata dengan indah, mencerminkan estetika Jepang dan keseimbangan gizi.
Orang tua memberikan perhatian besar saat menyiapkan bento, bahkan kadang membuat "kyaraben" (キャラ弁), yaitu bento bertema karakter lucu agar anak-anak lebih menikmati makanannya.
Selain kebiasaan saat makan, sekolah-sekolah di Jepang juga memiliki kebijakan larangan makan camilan selama jam sekolah, mendorong anak-anak untuk fokus pada waktu makan utama.
Disiplin ini memperkuat pola makan yang terstruktur dan mengurangi konsumsi camilan yang tidak sehat.
Budaya makan siang di sekolah Jepang mencerminkan penghargaan mendalam negara tersebut terhadap makanan, kesehatan, dan kebersamaan.
Melalui kyuushoku dan shokuiku, anak-anak mengembangkan rasa tanggung jawab, rasa syukur, dan kebiasaan makan sehat yang akan mereka bawa sepanjang hidup.
Baik itu menikmati bento yang disiapkan dengan penuh kasih atau melayani teman sekelas dalam rutinitas makan siang, makan siang di sekolah Jepang bukan hanya soal makanan—tetapi bagian fundamental dari pendidikan dan pembentukan karakter.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (April 2025)
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)