Perusahaan minuman di Jepang mengembangkan alat yang dinamakan Sakura AI Camera untuk membantu pemerintah daerah mengidentifikasi pohon sakura yang mulai sakit.
Pasalnya, pohon sakura yang menjadi ikon musim semi di Jepang mulai menua, berusia antara 70 hingga 80 tahun.
Masa itu melewati usia optimal untuk berbunga secara maksimal.
Melansir kantor berita AFP pada Jumat (4/4/2025), Sakura AI Camera memungkinkan pengguna mengetahui kondisi dan usia pohon.
Caranya, ambil foto pohon sakura menggunakan ponsel pintar dan unggah ke situs web khusus.
Sistem ini menggunakan skala penilaian lima tingkat yang saat ini hanya tersedia dalam bahasa Jepang. Skala tersebut mulai dari "sangat sehat" hingga "mengkhawatirkan".
Pohon dengan bunga yang mekar lebat hingga ke ujung ranting akan mendapatkan nilai tertinggi.
Kecerdasan buatan ini dilatih dengan menggunakan 5.000 gambar pohon sakura, didukung oleh para ahli.
Foto tersebut kemudian dipetakan dalam situs Sakura AI Camera, lengkap dengan informasi kondisi dan lokasi pohon.
“Kami mendapat informasi bahwa pelestarian sakura membutuhkan tenaga manusia dan dana, serta sulitnya mengumpulkan data,” ujar Risa Shioda dari Kirin kepada AFP.
“Saya rasa kami bisa berkontribusi dengan mempermudah perencanaan konservasi,” tambahnya.
Sejak diluncurkan bulan lalu, sekitar 20.000 foto telah dikumpulkan. Data tersebut kini tersedia secara gratis untuk otoritas lokal melalui platform daring.
Baca juga:
Menurut pemerintah distrik Meguro di Tokyo, biaya untuk menanam kembali satu pohon sakura dapat mencapai satu juta yen (sekitar Rp 110 juta).
Hiroyuki Wada dari Japan Tree Doctors Association, yang turut mengawasi pohon sakura di berbagai lokasi utama di Tokyo, ikut mengawasi pengembangan alat AI ini.
Ia berharap teknologi ini dapat membantu para ahli meneliti penyebab lingkungan yang mempercepat penurunan kondisi pohon.
Ia menyebut perubahan iklim sebagai salah satu faktor utama.
“Saya sangat khawatir. Perubahan lingkungan biasanya terjadi perlahan, namun kini terlihat jelas,” ujarnya kepada AFP.
“Dampak panas dan kekurangan curah hujan sangat terasa,” lanjutnya.
“Faktor usia pohon juga semakin memperburuk situasi,” tambah Wada.
Badan Meteorologi Jepang melaporkan bahwa tahun lalu merupakan tahun terpanas sejak pencatatan dimulai, sejalan dengan tren global.
View this post on Instagram