Menurut survei, orang Jepang memiliki kepuasan dan harapan terendah terhadap kualitas hidup. Hal ini tergolong anomali, mengingat gaji di Jepang termasuk tinggi.
Menurut data pada situs resmi Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang; terdapat delapan prefektur di Jepang dengan UMR lebih dari 1.000 yen per jam.
Prefektur tersebut adalah Tokyo, Kanagawa, Osaka, Saitama, Aichi, Chiba, Kyoto, dan Hyogo.
Survei kepuasan kualitas hidup dilakukan oleh Ipsos, perusahaan jajak pendapat global yang berbasis di Perancis.
Melansir The Mainichi, Kamis (10/4/2025), survei ini melibatkan 23.765 orang dari 30 negara di Eropa, Amerika Utara, Asia, dan wilayah lainnya.
Sekitar 2.000 responden berasal dari Jepang.
Responden diberi empat pilihan jawaban saat ditanya tentang tingkat kebahagiaan mereka, yakni “sangat bahagia,” “cukup bahagia,” “kurang bahagia,” dan “tidak bahagia sama sekali.”
Hanya 60 persen responden Jepang yang memilih “sangat bahagia” atau “cukup bahagia”.
Hasil tersebut menempatkan Jepang di peringkat ke-27 dari 30 negara. Angka ini jauh di bawah rata-rata global yaitu sebesar 71 persen.
Meskipun ada peningkatan tiga poin dari survei sebelumnya pada 2024 (57 persen), angka ini tetap turun 10 poin dibandingkan survei kebahagiaan pertama pada 2011 (70 persen).
Sementara itu, negara dengan tingkat kebahagiaan terendah adalah Hongaria 45 persen, disusul oleh Turki 49 persen dan Korea Selatan 50 persen.
Baca juga:
Terdapat 64 persen responden Jepang tidak bahagia karena situasi ekonomi mereka.
Jumlah ini jauh lebih besar dibanding jumlah responden yang menyebut alasan kedua terbanyak, yakni “saya merasa hidup saya bermakna” yang disebut oleh 27 persen responden.
Sebanyak 41,1 persen responden Jepang merasa bahagia karena adanya hubungan dengan keluarga.
Sementara itu, 41 persen responden Jepang bahagia karena merasa dihargai atau dicintai.
Dalam survei, bagian paling menonjol dari Jepang adalah tingkat kepuasan yang sangat rendah terhadap kualitas hidup.
Hanya 13 persen responden Jepang yang menjawab bahwa kualitas hidup mereka saat ini “baik.”
Angka kepuasan atas kualitas hidup itu menjadi yang terendah dari 30 negara.
Angka ini bahkan kurang dari setengah rata-rata global (42 persen) dan jauh di bawah Hongaria (22 persen) dan Korea Selatan (24 persen).
Hanya 15 persen responden Jepang yang mengatakan bahwa “kualitas hidup secara keseluruhan akan jauh lebih baik dalam lima tahun ke depan.”
Hasil ini juga merupakan yang terendah di antara semua negara yang disurvei.
CEO Ipsos Jepang, Shunichi Uchida, mengatakan bahwa tekanan ekonomi mempunyai andil besar terhadap kebahagiaan seseorang.
“Tampaknya tekanan ekonomi memiliki dampak besar terhadap perasaan bahagia seseorang. Di saat yang sama, faktor utama untuk merasa bahagia adalah ‘hubungan dengan keluarga,” dikutip dari The Mainichi, Kamis (10/3/2025).
Pada survei Ipsos tentang Love Life Satisfaction 2025, dengan jumlah responden dan negara yang sama, memperlihatkan warga Jepang sebagai negara yang paling tidak puas dengan kehidupan cinta mereka.
Mengacu data Ipsos, Kamis (13/2/2025), Indeks Kepuasan Kehidupan Cinta ini mengukur tingkat kepuasan terhadap cinta, romansa/kehidupan seks, dan hubungan secara keseluruhan dalam satu indikator.
Tiga negara dengan tingkat kepuasan terendah adalah Jepang (56 persen), Korea Selatan (59 persen) dan India (63 persen).
Fakta menarik dari survei ini adalah adanya korelasi antara kepuasan terhadap hubungan dengan pasangan dan kepuasan terhadap kehidupan seksual.
Namun, terdapat anomali di beberapa negara seperti Brasil, Korea Selatan, dan India.
Kepuasan terhadap pasangan lebih rendah dibandingkan kepuasan terhadap kehidupan romantis/seksual mereka.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram